5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Lima Rintangan (Panca Nivarana) Bagian 4

bhante thitaketuko
Lima Rintangan (Panca Nivarana) Bagian 4

Bagian 4. Udaccha-Kukucca (Kegelisahan) dan vicikicca (Keragu-raguan)

Sikap ini sangat berpengaruh baik dalam samatha maupun vipassana, misalnya, baru saja kita mencoba berkonsentrasi,lalu langsung tegang. Ketegangan ini sumbernya tidak jauh, ia lahir dari kebiasaan hidup sehari-hari yang lebih daripada wajar, yaitu sering memaksa diri, sering memperkosa diri, seperti pada  orang berkemauan keras, berambisi. Terutama bagi mereka yang umurnya masih mengijinkan, bekerja memaksa diri itu tidak terasa; kecuali bila sudah mengalami kelelahan, sakit, atau sudah tua, atau mendekati ajal; ketegangan itu akan memuncak dan barulah kita kewalahan. Manifestasi dari adanya ketegangan itu dapat berupa kegelisahan, atau kecemasan. Ketegangan yang dihasilkan seperti itu, kita dapat pantau kehadirannya dalam vipassana, dan inilah yang dinamakan: Udaccha-Kukucca. 

Yang terakhir, yang merupakan ganjalan dalam vipassana, ialah  keragu-raguan, vicikicca.  Keragu-raguan tidak lain dari keadaan di mana apa yang kita rasakan dalam diri kita tidak jelas. Dari manakah sikap ragu-ragu itu? Keraguan yang timbul dalam meditasi bukan disebabkan oleh perkembangan kesadaran semata, tetapi juga disebabkan oleh keadaan kurang pengertian dalam melihat, mengamati proses kehidupan. Kita paling sering dilanda keraguan ketika merasa tidak mampu dalam pengembangan kesadaran. Karena tidak menyadari-tidak melihat jelas kemampuan yang dimiliki, misalnya saja, bakat atau apa saja, maka timbul keragu-raguan dalam diri seseorang.  

Seseorang yang ragu-ragu terhadap suatu ajaran kepercayaan atau suatu keyakinan, ia akan bertanya-tanya: “apakah ini benar?”  Seseorang yang akan mengikuti, katakan saja, latihan meditasi jika dilanda keraguan akan mulai membanding-bandingkan apa yang ditemuinya dengan pengalamannya sendiri, setelah itu, ia menimbang apakah ini berguna atau tidak berguna? Karena tidak mampu melihat nilai-nilai dari apa yang kita temui, keragu-raguan itu muncul. Untuk menghancurkan keragu-raguan diperlukan pengalaman. Sebenarnya keragu-raguan itu tidak perlu menjadi penghambat, dengan melatih kesadaran maka itu bisa dilepaskan dengan mudah sekali. Jauh lebih mudah melepaskan keragu-raguan daripada melepaskan nafsu keinginan (kama chanda), dan kemauan jahat (byapada) yang lebih bergelut dengan konsep-konsep diri kita. Dalam perkembangan latihan meditasi, pada suatu saat nafsu-nafsu, niat jahat, kemalasan-kelesuan, kegelisahan dan kecemasan, seolah-olah berada di luar kesadaran yang kita kembangkan, kemudian seolah-olah kita dapat melihat dia  dan ia dapat diperbesar atau diperkecil. Kalau kita tidak sadar, sering sekali kita dicaplok, diseret ke dalam bentuk-bentuk rintangan ini yang lebih jauh bisa membawa kita ke dalam kesedihan, kemarahan, kecemasan. Dalam hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, bentuk-bentuk pengalaman negatif dalam vipassana yang sudah diterangkan tadi, tidak terlepas dari bentuk-bentuk aktivitas keseharian kita. Kenapa demikian? Sampai di sini mungkin kita belum mengerti benar bahwa vipassana itu di samping bertujuan untuk  membersihkan diri kita, juga mengatur keharmonisan hidup kita dalam kehidupan sehari-hari. Dua hal yang disebutkan terakhir itu kita harapkan akan berkembang pada tingkat-tingkat permulaan latihan kita, meskipun sesungguhnya tujuan tertinggi vipassana itu untuk membebaskan diri kita dari segala konsep-konsep kehidupan dan untuk selanjutnya  menuju kepada kebebasan total atau nirvana. 

(Bersambung)


“Buku Catatan Meditasi Vipassana” oleh YM. Bhante Thitaketuko


[1] Vicikicca, keragu-raguan sering juga disebut sebagai: tidak adanya kemantapan hati, tidak ada ketetapan hati  atau dapat dikatakan sebagai keadaan pikiran yang mendua.