Bagian 3. Thinamidha
(Kelambanan/kemalasan)
Selain daripada
itu, dalam meditasi samatha maupun vipassana, kesadaran kita sering
dihadang, dihalangi oleh apa yang dinamakan Thinamidha.
Kehadiran thinamidha, membuat
badan kita merasa lesu, lemas, manja atau merasa berat, dan keadaan apa saja
yang seolah-olah mengerem aktivitas kita. Dari manakah sebenarnya asal mula
berkembangnya? Di dalam aktivitas hidup, ada penyakit, kemanjaan-kecenderungan
memanjakan diri atau menyenangkan diri. Adanya kemanjaan, membuat kita selalu
berusaha membuat sesuatu dengan cara lebih mudah. Memang sekarang ini banyak
cara untuk memudahkan hidup, dan membuat kita masih bisa bertahan hidup; tetapi
dalam perkembangan kesadaran kita akhirnya menjadi manja atau kendor. Meskipun,
seseorang itu mungkin cukup pintar, cukup kaya, tetapi kekendoran badan
jasmani akan mengurangi kehidupan yang
seimbang, harmonis. Dalam meditasi itu akan berkembang menjadi thinamidha.
Lesu, kendor, lemas, mengantuk, itu adalah corak-corak daripada thinamidha, dan dalam kehidupan
sehari-hari, sering kita menemukan diri kita terbelenggu oleh keadaan itu.
Kalau kita menyadari hal itu, tentu kita akan mengadakan usaha yang seimbang,
usaha yang harmonis. Di dalam vipassana, thinimidha itu adalah faktor
yang sangat menjegal kita, kenapa?
Jikalau seseorang itu mempunyai sifat manja, malas, lesu dalam kehidupan
sehari-hari, maka di sini jelas sekali ia akan melihat bagaimana kecenderungan
badaniah itu mengerem keinginannya untuk
sadar atau bergiat. Tentu saja kalau malas hanya untuk sebentar-sebentar saja,
tidak apa. Tetapi kalau kemalasan itu tidak disadari dan menjadi keenakan yang
diulang-ulang; maka itu akan menjadikan sifat atau ketagihan. Lebih-lebih dalam
vipassana, ia seringkali menjadi
penghalang yang langsung disajikan oleh jasmani kita. Karena jasmani kendor,
tentu konsentrasi kita menjadi kendor, apalagi kesadaran kita. Di samping
keadaan yang ditampilkan oleh thinamidha,
ada pula kebalikan, yakni kebiasaan menjadi tegang, keras dan lain-lain.
(Bersambung)