5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Dhamma Harus Direalisasi Oleh Diri Sendiri (Bagian 2)

CHANMYAY SAYADAW


Dhamma Harus Direalisasi Oleh Diri Sendiri (Bagian 2)

Sang Buddha telah menyadari bahwa segala sesuatu yang berkondisi tidaklah permanen lebih dari 2570 tahun yang lalu, tanpa bergantung pada eksperimen ilmiah di laboratorium. Segala sesuatu yang berkondisi apapun yang muncul pada saat ini akan segera berlalu. Berdasarkan ajaran Abhidhamma dari Sang Buddha, kecepatan proses muncul dan lenyapnya fenomena jasmani setara dengan tujuh belas proses muncul dan lenyapnya fenomena batin, dalam waktu kurang dari sepersejuta detik. Dengan kata lain, ketika satu fenomena jasmani telah muncul dan lenyap, serangkaian dari tujuh belas fenomena batin akan muncul dan lenyap; atau dengan kata lain, kecepatan muncul dan lenyapnya fenomena batin adalah tujuh belas kali lebih cepat daripada fenomena jasmani.

Fenomena fisik tercepat adalah cahaya, dengan kecepatan perjalanan 180.000 mil per detik. Jika Anda memikirkan Gedung Putih, pikiran tidak memerlukan kurang dari sepersejuta detik untuk segera mencapainya. Jika Anda menyorotkan cahaya ke arah Gedung Putih, mustahil untuk mencapainya dengan kecepatan yang sama dengan pikiran. Kita dapat memahami dari perbandingan ini bahwa fenomena batin lebih cepat daripada fenomena jasmani. Kecepatan cahaya dapat diukur, tetapi sulit untuk mengukur kecepatan pikiran. Sang Buddha berkata: "muncul dan berlalunya pikiran sangat cepat, sulit menemukan perumpamaan untuk membandingkan dengan kecepatan pikiran."

Pemahaman ini hanya dalam lingkup suta-maya-paññā (pemahaman atau kebijaksanaan dari pembelajaran) dan cinta-maya-paññā (pemahaman atau kebijaksanaan dari pemikiran). Pemahaman benar yang diperoleh dengan berlatih meditasi Vipassana dan menyadari timbul dan lenyapnya semua fenomena adalah bhavana-maya-paññā (pemahaman atau kebijaksanaan dari pengembangan batin). Meditator Vipassana harus berperhatian penuh pada semua fenomena terkondisi yang muncul sebagaimana adanya, atau dengan kata lain, melihat setiap fenomena sebagaimana adanya. Meditasi Vipassana dipraktikkan sesuai dengan Maha Satipaṭṭhāna Sutta sebagaimana yang diajarkan oleh Sang Buddha. Ini adalah cara untuk mengembangkan Empat Landasan Kesadaran, dengan penuh perhatian terhadap fenomena apa pun yang muncul pada saat ini sebagaimana adanya dan memahami setiap fenomena dalam sifat sejatinya. Semua fenomena terkondisi muncul dan lenyap tanpa henti, mereka tidak abadi. Dalam realitas tertinggi, setiap fenomena yang muncul pada momen saat ini adalah fenomena baru.

(Lihat Bagian Sebelumnya)

(Bersambung)

Dikutip dari buku Kamma & Rebirth oleh Chanmyay Sayadaw