5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Bagaimana Terbentuknya Watak, Sifat, Kebiasaan Dalam Diri Kita? (Bagian 4)

Bagaimana Terbentuknya Watak, Sifat, Kebiasaan Dalam Diri Kita?

Bagian 4

Yang sering kita bicarakan dalam latihan meditasi vipassana, yaitu: jasmani, perasaan dan pikiran. Ini yang memegang kekuasaan dalam aktivitas hidup kita. Di sini akan dibicarakan apa yang muncul lebih dahulu. Misalkan, muncul ingatan terhadap seorang teman bernama si A. Begitu kita mengingat, kita mulai berpikir tentang si A dan segera disusul oleh perasaan yang berkenaan dengan si A, apakah menyenangkan atau tidak menyenangkan. Jadi bentuk pikiran muncul lebih dahulu, lalu muncullah perasaan batin atau emosi, emosi kebencian. Sambil berpikir, emosi pun berkembang dan kita teringat dengan cara ia berbicara, teringat  dengan cara ia menuding-nuding, dan sebagainya. Pikiran berkembang melalui ingatan dan berpikir, dan emosi pun turut berkembang. Muncul emosi benci dan emosi itu berkembang sejalan dengan aktivitas pikiran. Selanjutnya akan menimbulkan ketegangan di dalam diri kita dan ketegangan ini langsung menimbulkan ketegangan jasmani. Lebih lama emosi itu diolah oleh aktivitas pikiran, jasmani pun mulai panas, dan akan menimbulkan lebih jauh macam-macam pengaruh terhadap badan kita. 

Pengaruh terhadap badan itu, bisa berupa ketegangan yang mempengaruhi denyut jantung, mempengaruhi jalannya darah, mempengaruhi pencernaan atau mungkin napas akan terengah-engah dan air kelenjar ludah pun ikut berubah. Sambil meneguk ludah berulang kali, kalau marah bahkan sampai mulut terasa kering.  Demikianlah suatu bentuk pikiran dapat menimbulkan akibat pada jasmani, dan manakala ketegangan sudah berlanjut  menimbulkan ketidak-selarasan, kekacauan bekerjanya hormon-hormon, kelenjar ludah, perut, semuanya terpengaruh disebabkan panasnya emosi. Lambat laun akan menimbulkan kesakitan, kelemahan dan kita akan mudah terserang penyakit. Dan adalah tugas kita untuk meninjau, menjajaki hal-hal seperti ini agar kita tidak tercengkeram oleh keadaan-keadaan negatif yang bisa merugikan.

 Oleh karenanya, begitu suatu bentuk pikiran terjadi, kita harus menyadarinya. Umpama, kita ingat seseorang atau sesuatu, kita sadar: Oh, ini ingat,……ingat,……..ingat, jangan sampai ingatan itu membuat suatu pola menjadi emosi dan mengakibatkan jasmani mengalami ketegangan. Misalnya, muncul ketegangan pada dada, lalu kita berpikir: “Kenapa saya tegang? Ada apa ini? Barangkali ada jin, setan, hantu yang mengganggu? Jadi begitu ada ketegangan bisa timbul sebentuk pikiran, disusul masuknya emosi. Emosi yang timbul kemudian diterima oleh pikiran. Jadi emosi bisa menyebabkan timbulnya pikiran. Selanjutnya, kita berpikir:”Ah, kalau begini terus tidak enak, nanti meditasi saya sia-sia. Kalau begitu lebih baik saya pulang saja.” Dari pemikiran itu timbul rencana untuk pulang atau apa saja yang lainnya. 


(Bersambung)

“Buku Catatan Meditasi Vipassana” oleh YM. Bhante Thitaketuko