5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Bagaimana Terbentuknya Watak, Sifat, Kebiasaan Dalam Diri Kita? (Bagian 3)

BHANTE THITAKETUKO
Bagaimana Terbentuknya Watak, Sifat, Kebiasaan Dalam Diri Kita?

Bagian 3

Seberapa banyak kita teringat masa lalu kita dengan segala voltasenya, selalu mesti disadari dan dilepas. Dengan cara seperti itu kekuatan kemelekatan, keterikatan kita dengan masa lalu atau karma-karma masa lalu semakin berkurang. Karma itu mempunyai kekuatan atau voltasenya sendiri-sendiri.  Pada saat kita bertengkar, merasa sedih. Berapakah voltase, kekuatan kesedihan itu? Sedih, tidak puas, jengkel, semua itu tersimpan. Kalau kita tidak sadar, tumpukan simpanan semakin banyak. Manakala kita mulai sadar,”oh, saya sedih!”, setelah itu dilepas, maka kekuatan sedih itu menguap dan akhirnya hilang. Akan tetapi ada orang-orang yang salah mengerti mengenai hal ini, katanya: Kalau semua dilepas nanti semuanya hilang. 

Apakah ingatan saya tidak akan ada lagi. Itu hanyalah ketakutan yang bodoh, ingatan kita pada hal-hal yang sudah lalu tidak akan hilang, yang hilang adalah voltase atau kekuatan yang mencengkeram ini. Hilangnya kekuatan cengkeraman itu akan membuat kita merasa lega, bebas. Tidak ada lagi yang menyeret kita ke masa lalu dengan cara seperti dulu, reaksi kita sekarang adalah baru dalam menghadapi apa yang datang. Kita tidak lagi bereaksi dengan sikap marah seperti dulu itu.

Dengan cara bekerjanya kesadaran kita seperti ini, lambat laun akan mengurangi voltase yang telah kita pupuk sejak sekian lama. Apabila kita tidak mengembangkan kesadaran, kita akan terus menimbun terus apa saja yang terjadi dan masuk ke dalam pikiran. Ungkapan “Aku yang sedih”, bentuk sedih ini yang menjadi “Aku”. “ Aku marah”, dari tumpukan kekuatan kemarahan yang sudah sejak dulu membentuk yang dinamakan “Aku”. Jadi kekuatan ke-Aku-an di sini adalah perwujudan dari tumpukan simpanan kemarahan yang dulu-dulu. Kita mencoba untuk tidak menyimpan kembali apa yang muncul. 

Mengenai mimpi, ada orang yang bermimpi sedang marah atau di dalam mimpi ia merasakan ketakutan. Mimpi itu sampai di sini saja, setelah terbangun tidak akan menjadikan suatu kekuatan lagi. Tidak akan menghasilkan sesuatu karma baru. Meskipun demikian, jika seseorang  bermimpi bertemu musuh, misalnya, lalu orang tersebut terbangun dan setelah terbangun lalu berpikir: “Kurang ajar si A?” Mimpinya semalam dipikirkan kembali, ia berekasi terhadap mimpi itu, ini akan membawa sesuatu kekuatan, kebenciannya bertambah sekarang. Inilah yang menjadi karma, menambah karma lagi.  Karena itu janganlah mengingat kembali terutama mimpi buruk dan mengulangi peristiwanya dalam kehidupan sehari-hari. Tak ayal lagi, itu akan menambah kekuatan simpanan buruk pada bhavanga. 


(Bersambung)

“Buku Catatan Meditasi Vipassana” oleh YM. Bhante Thitaketuko