5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Bagaimana Terbentuknya Watak, Sifat, Kebiasaan Dalam Diri Kita?

Bhante Thitaketuko

Bagaimana terbentuknya watak, sifat, kebiasaan dalam diri kita?

Bagian 1

Bagaimanakah terbentuknya apa yang kita sebut sebagai watak, sifat, kebiasaan yang ada dalam diri kita. Dalam percakapan sering ada yang berkata: susah rasanya untuk merubah sifat, susah rasanya untuk merubah watak. Sebenarnya apakah yang dinamakan watak  atau sifat atau kebiasaan itu? Secara sederhana dapat dijelaskan seperti berikut: Pada mulanya, ada hal yang masuk melalui salah satu pintu indera kita, yang masuk ke dalam pikiran lalu tersimpan  ke dalam Gudang yang disebut : Bhavanga, bawah sadar kita. Kemudian terjadilah suatu bentuk dan dari bentuk itu kita mulai mengenal apakah adanya bentuk itu, umpama pertama kali, kita menyentuh suatu benda yang terasa dingin. Ah, ini dingin….. lalu orang mengatakan itu adalah “es”. Lantas kita tahu bahwa yang dingin itu “es”. Jadi hal dinginnya es itu menjadi pengetahuan yang tersimpan di dalam diri kita. Kemudian hal pengetahuan-pengetahuan lain juga demikian terjadinya, mereka masuk ke dalam diri kita; bertumpuk-tumpuk menjadi pengetahuan. Selanjutnya, manakala ada sesuatu kejadian yang masuk ke dalam diri kita berkali-kali, sekarang misalkan sebagai contoh: bentuk perasaan. Katakanlah terjadi percekcokan. Kita bercekcok dengan orang lain, terjadi konflik, lalu terjadilah marah. Bentuk kemarahan itu lalu masuk ke dalam diri kita. Kemarahan tentu mempunyai bentuk, misalnya apakah kita berkelahi, saling ejek, saling caci-maki. Atau barangkali, berbentuk penipuan karena soal utang-piutang atau terjadi fitnah dan lain-lain, itu yang disebut bentuk. Kekuatan kemarahan masuk ke dalam diri kita dan akan tersimpan di bawah sadar. Berapa kekuatan ketegangan dari pertengkaran itu ? Katakan saja berkekuatan 50 volt, karena kita sangat marah. Begitu kita selesai bertengkar, maka kekauatan kemarahan yang 50 volt itu tersimpan dalam diri kita. Umpama, kita bertengkar dengan si A dan begitu pertengkaran selesai, sudah tak ada apa-apa lagi; tetapi kita mempunyai suatu kemarahan atau kejengkelan berkekuatan 50 volt terhadap si A.  Si A pun menghilang untuk beberapa waktu, seminggu, satu bulan, satu tahun dan kita tidak ingat lagi, dan tidak tahu dia berada di mana.  Barangkali ia sudah pindah  ke tempat lain, tetapi kita sudah mempunyai bibit ketegangan marah  50 volt.  Sekarang, melihat sesuatu yang kurang menyenangkan, seseorang yang kurang simpatik, sesuatu yang tidak berkenan bagi  kita, bibit ini sudah dapat bergerak. Nah, beginilah akan mulai terbentuknya diri kita.

 Bagaimana bibit ini bergerak? Umpamanya, ada hal kurang beres pada si B, seorang pelayan. Kalau ia tidak beres dalam mengerjakan sesuatu, kita sudah merasa tegang, lalu kita mulai melampiaskan pada si B, sesuatu hal dari bibit yang dulu itu (bibit kemarahan). Kemudian si B menerima kesalahan apa saja yang ditimpakan kepadanya, benar atau tidak benar. Oleh karena ia adalah pelayan, maka ia menerima saja . Dan setelah kejadian itu selesai, kita menambah lagi kekuatan kemarahan, sebagai hasil memarahi pelayan tersebut; misalnya kekuatan itu bertambah 20 volt. Tak sadar kita telah menambahkan kekuatan sebanyak 20 volt dari memarahi dia, dan begitulah terjadi di dalam diri kita bertambahnya kekuatan negatif secara tak sadar.  Reaksi-reaksi seperti marah, tidak senang, sedih, cemas, apa saja termasuk kesenangan, kegembiraan terjadi bertubi-tubi dan mengendap di bawah sadar. Nanti pada suatu meskipun semua kejadian sudah kita lupakan, peristiwa demi peristiwa menjadi kabur; tetapi kesan sudah tersimpan di dalam diri kita. Kemudian simpanan, itu kalau sudah kuat sekali, dengan sendirinya jika kita menghadapi segala sesuatu dari luar dan sedikit menantang; maka simpanan di bawah sadar ini bergerak. Inilah yang kita sebut “AKU”, kekuatan ini yang disebut “AKU”. Ia tersusun sedikit demi sedikit menjadi suatu kebiasaan, kalau sudah banyak sekali; lantas ia bergerak. Segala apa yang dilihat dan tidak berkenan di hati, maka yang berbicara adalah rasa tidak senang……..marah, merasa kurang simpati……marah. Nah, kalau pada suatu saat kita merasa marah, itu sudah menjadi penyakit dan tidak menyenangkan dalam diri kita; dan kita ingin membuang marah itu; karena itu kita lalu ingin melatih diri untuk menghilangkannya.


(Bersambung)

--

“Buku Catatan Meditasi Vipassana” oleh YM. Bhante Thitaketuko