5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Mettā dan Tanhā

Mettā-Bhāvanā oleh Y.M. Chanmyay Sayadaw

Mettā-Bhāvanā oleh Y.M. Chanmyay Sayadaw

Mulai hari ini kami akan memuat secara bersambung terjemahan buku Mettā-Bhāvanā oleh Y.M. Chanmyay Sayadaw. Buku tersebut merupakan transkripsi ceramah Sayadaw ketika membimbing retret di Selandia Baru.
Ceramah tersebut membahas tentang perbedaan antara mettā dan tanhā, manfaat meditasi mettā, cara mengembangkan mettā, dua jenis meditasi mettā, pembahasan berbagai objek mettā, serta pembahasan tentang menggunakan praktik mettā untuk meruntuhkan rintangan-rintangan.

Kata Pengantar oleh Y.M. Chanmyay Sayadaw

Saya memberikan ceramah Dhamma tentang meditasi mettā pada retret meditasi di Selandia Baru pada bulan November 1992. Ceramah tersebut kemudian ditranskripsikan oleh para meditator dan diterbitkan dalam bentuk buku setelah melalui proses penyuntingan. Buku tersebut diterbitkan dalam rangka memperingati perayaan Acariya Puja yang kedua sebagai bentuk penghormatan kepada Y.M. Chanmyay Sayadaw pada tanggal 17, 18, 19 Januari 2015.

Namo Tassa Bagavato Arahato Sammasambuddhassa

Mettā artinya suatu kondisi mental yang mengharapkan kesejahteraan semua makhluk hidup, hitakarapavattilakkhana mettā. Maknanya adalah mettā memiliki sifat mengharapkan kesejahteraan bagi semua makhluk. Kondisi batin yang mengharapkan semua makhluk bahagia dan damai disebut mettā. Ketika Anda mengembangkan semangat cinta kasih atau mettā terhadap semua makhluk hidup, itu disebut mettā-bhavana atau meditasi mettā.

Mettā dan Tanhā

Dalam bahasa Burma, kata mettā digunakan dalam dua pengertian. Yang pertama adalah dalam arti cinta kasih; yang kedua dalam arti cinta indrawi. Ketika seorang pria jatuh cinta pada seorang wanita, dikatakan bahwa ia mencintai wanita tersebut, ia memiliki mettā terhadap wanita tersebut. Dalam hal ini, mettā tidak digunakan dalam arti cinta kasih yang mengharapkan kesejahteraan wanita tersebut; mettā digunakan dalam arti cinta indrawi atau keinginan. Cinta indrawi atau keinginan indrawi merupakan tanhā, bukan mettā (cinta kasih).

Ketika kami menyampaikan ceramah tentang mettā-bhavana, kami perlu menjelaskannya, kami perlu berulang kali memisahkan pengertian antara mettā dan tanhā. Mettā memiliki karakteristik mengharapkan kesejahteraan makhluk-makhluk tanpa disertai kemelekatan, sedangkan tanhā memiliki karakteristik melekat pada objek. Mettā bersifat sejuk sementara tanhā bersifat panas. Mettā menjadikan batin murni, tenang, sejuk dan terkonsentrasi, sementara tanhā menjadikan batin ternoda, terusik, dan panas.

Ada yang mengatakan Anda hendaknya memancarkan mettā kepada semua makhluk. Jika Anda tidak mengembangkan mettā di dalam diri Anda sendiri, bagaimana mungkin Anda dapat memancarkannya kepada makhluk lain? Apabila Anda telah mengembangkan mettā dengan berlimpah dalam diri sendiri, Anda tidak perlu dengan sengaja memancarkannya kepada makhluk lain. Batin Anda secara alamiah akan memancarkan mettā kepada mereka semua.

Ketika Anda mengharapkan kesejahteraan makhluk lain, Anda telah memiliki mettā dalam diri sendiri. Ketika mettā telah berkembang dengan kokoh dalam diri Anda, wajah Anda akan tampak tenang, jernih, menyenangkan, bahagia, dan damai. Kadang-kadang wajah Anda terlihat tersenyum. Siapa pun yang bertemu dengan Anda dan melihat wajah Anda, merasa bahagia dan damai oleh kekuatan mettā Anda. Ia memiliki perasaan cinta kasih terhadap Anda. Ini adalah manfaat dari mettā-bhavana, meditasi mettā. Masih ada lagi manfaat-manfaat lainnya dari meditasi mettā yang disebutkan dalam kitab suci Buddhis. Sang Buddha menjelaskan sebelas manfaat dari mettā dalam ajarannya.


(Bersambung - Manfaat Meditasi Cinta Kasih (Mettā))

--

Diterjemahkan dari Mettā-Bhāvanā oleh Y.M. Chanmyay Sayadaw