5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Kapan & Bagaimana Mengembangkan Mettā

Kapan & Bagaimana Mengembangkan Metta


Kapan Mengembangkan Mettā

Mettā Sutta menyebutkan bahwa Anda bisa mengembangkan mettā ketika Anda sedang duduk, berdiri, berjalan, atau berbaring. Jadi, Anda hendaknya mengembangkan mettā secara terus-menerus dalam setiap posisi-posisi tubuh itu. Anda juga hendaknya mengembangkan mettā ketika sedang melakukan berbagai aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mencuci muka, atau mandi. Apa pun yang Anda lakukan, selalu kembangkan mettā.

Bagaimana Mengembangkan Mettā

Kategori Pertama: Diri Sendiri

Ketika memulai mengembangkan mettā untuk diri Anda sendiri, pusatkan perhatian pada diri sendiri, ucapkan dalam hati: "Semoga saya sehat, bahagia, dan damai. Semoga saya sehat, bahagia, dan damai." Bernapaslah secara normal, dan kembangkan mettā. Berusahalah untuk mengembangkan mettā secara berkelanjutan dengan mengucapkan kalimat tersebut berulang-ulang.

Mengembangkan mettā bagi diri sendiri adalah mengharapkan kebahagiaan dan kesejahteraan Anda sendiri. Pada awalnya, Anda tidak akan merasakan perasaan cinta kasih yang tulus. Anda tidak bisa mencicipi rasa dari mettā hanya dengan memulai melafalkan kalimat itu. Akan tetapi, dalam jangka waktu yang lebih lama, Anda mungkin akan merasakan rasa mettā yang menyejukkan. Jadi, Anda hendaknya terus mengulang kalimat tersebut tanpa terputus, mengembangkan mettā secara terus-menerus.

Mengembangkan mettā untuk diri sendiri bukanlah praktik yang sesuai untuk mencapai appana jhāna (konsentrasi penuh). Kitab Komentar Vibhaṅga menyebutkan bahwa appana jhāna tidak mungkin dicapai dengan mempraktikkan mettā bagi diri sendiri. Tujuan dari mengembangkan mettā untuk diri sendiri adalah mengembangkan kemampuan untuk merasakan hal yang sama terhadap orang lain seperti yang Anda rasakan terhadap diri sendiri. Anda belajar untuk mengharapkan orang lain supaya sehat sebagaimana Anda sendiri ingin menjadi sehat, dan mengharapkan orang lain menjadi bahagia dan damai sebagaimana Anda sendiri ingin bahagia dan damai. Sikap seperti ini adalah langkah awal dari mettā yang murni dan luhur.

Kategori Kedua: Orang yang Dihormati

Setelah memancarkan mettā pada diri sendiri selama lima atau sepuluh menit, Anda dapat beralih ke kategori orang yang kedua, yaitu orang yang berbudi luhur atau orang yang dihormati (misalnya seorang guru). Sebelum Anda melakukan hal ini, renungkanlah kebajikan-kebajikan dari orang tersebut, dan bagaimana ia telah membantu Anda. Seperti yang telah dibahas di atas, seorang yogi pria hendaknya mengembangkan mettā kepada seorang guru pria dan seorang yogi wanita hendaknya mengembangkan mettā kepada seorang guru wanita. Mengapa demikian? Karena dengan cara ini (untuk alasan-alasan yang telah disampaikan) Anda dapat mengembangkan mettā yang murni dan bersih, bebas dari nafsu dan kemelekatan.

Setelah itu, arahkan pikiran Anda pada guru dan ulangi kalimat yang telah Anda pilih tanpa terputus (seperti "Semoga guru saya sehat, bahagia, dan damai").

Ketika Anda berlatih meditasi duduk, ulangi kalimat tersebut berulang kali dalam batin Anda, kembangkan mettā terhadap guru Anda. Cobalah untuk mengembangkan mettā yang murni, tanpa rasa takut atau ekspektasi.
Ketika sedang berdiri, kembangkanlah mettā kepada guru Anda dengan mengucapkan kalimat,"Semoga guru saya sehat, bahagia, dan damai, dst., ulangilah kalimat itu terus-menerus.
Ketika Anda sedang berlatih meditasi jalan, kembangkan mettā kepada guru Anda dengan mengucapkan dalam hati, "Semoga guru saya sehat, bahagia, dan damai", ucapkan berulang-ulang.
Ketika berbaring, ucapkan "Semoga guru saya sehat, bahagia, dan damai," berulang-ulang. Ketika Anda sedang makan, minum, atau melakukan berbagai kegiatan sehari-hari, kembangkanlah mettā kepada guru Anda dengan cara ini.
Teruslah mengembangkan mettā terhadap guru Anda selama Anda belum tidur. Berusahalah sebaik mungkin dengan terus melakukannya sampai perasaan mettā tumbuh dalam batin Anda. Anda mungkin perlu mengembangkan mettā secara terus-menerus selama beberapa hari sebelum ekaggatā (keterpusatan pada satu titik), pīti (sukacita atau kegembiraan), dan sukha (kebahagiaan) muncul.

Kategori Ketiga: Teman yang Disayangi

Ketika Anda telah mengembangkan mettā kepada guru, dan batin Anda menjadi tenang, damai, dan bahagia, maka Anda bisa mulai mengembangkan mettā pada orang yang Anda sayangi. Sekali lagi, seorang yogi pria sebaiknya mengembangkan mettā terhadap seorang pria dan seorang yogi wanita sebaiknya mengembangkan mettā pada seorang wanita.

Arahkan pikiran Anda pada orang yang Anda sayangi dan pancarkan mettā, "Semoga orang yang saya sayangi ini sehat, bahagia, dan damai. Semoga orang yang saya sayangi ini sehat, bahagia, dan damai". Kembangkan mettā secara berulang-ulang selama Anda belum tidur, sampai perasaan mettā berkembang kuat dan kokoh.
Sekali lagi, sama seperti kategori-kategori lainnya, terus lakukan hal ini hingga batin Anda menjadi tenang, dipenuhi kedamaian, dan kebahagiaan.

Kategori Keempat: Orang yang Netral

Ketika Anda memancarkan mettā kepada orang yang Anda sayangi dan perasaan mettā menjadi kuat dan kokoh, Anda bisa mulai mengembangkan mettā kepada kategori orang keempat, yaitu orang yang netral (seseorang yang berjenis kelamin sama dengan Anda dan tidak dicintai maupun dibenci). "Semoga orang netral ini sehat, bahagia, dan damai. Semoga orang netral ini sehat, bahagia, dan damai."
Sama seperti sebelumnya, kembangkanlah mettā secara berulang-ulang selama Anda belum tidur hingga mettā berkembang menjadi kuat dan kokoh.

Kategori Kelima: Orang yang Tidak Disukai

Setelah perasaan mettā Anda menjadi kuat dan kokoh dengan berlatih terhadap orang yang netral, Anda harus mulai mengembangkan mettā terhadap kategori orang kelima, yaitu orang yang tidak Anda sukai. Kembali lagi, orang tersebut harus berjenis kelamin sama dengan Anda. Ucapkan berulang-ulang selama Anda masih terjaga, "Semoga orang yang tidak saya sukai ini sehat, bahagia, dan damai."
 
Sekarang saya ingin mengingatkan Anda tentang satu hal. Ketika Anda mengembangkan mettā kepada orang yang Anda benci, Anda mungkin tidak merasakan cinta kasih, melainkan Anda mungkin berpikir betapa Anda membenci orang tersebut, dan Anda menjadi marah. Ketika hal ini terjadi, Anda harus berhenti memancarkan mettā kepada orang yang tidak disukai itu, dan sebagai gantinya, pancarkanlah mettā kepada guru Anda, karena sebelumnya Anda telah berhasil mengembangkan mettā yang kuat kepadanya. Setelah mengembangkan mettā kepada guru Anda dan mettā kembali berkembang kuat dan kokoh, beralihlah kembali ke orang yang tidak Anda sukai. Apabila Anda mampu mengembangkan mettā kepada orang yang tidak disukai itu, lanjutkan saja mengembangkan mettā padanya secara terus-menerus. Jika Anda tidak mampu, kembali kembangkan mettā kepada orang yang dihormati atau guru untuk kedua kalinya. Ketika perasaan mettā Anda menjadi kuat dan kokoh lagi, Anda kembali beralih ke orang yang tidak disukai itu. Dengan cara ini, Anda dapat menggunakan guru Anda (yang sebelumnya Anda telah berhasil mengembangkan mettā terhadapnya) untuk membangun 'momentum mettā'. Anda bisa berulang-ulang kali mengarahkan pada guru Anda sampai Anda berhasil mengembangkan mettā pada orang yang tidak Anda sukai itu. Anda perlu mengembangkan mettā pada orang tersebut sampai ketenangan (ekaggatā), sukacita (pīti), dan kebahagiaan (sukha) muncul. Dan Anda harus terus mengembangkan mettā pada orang yang tidak disukai itu sampai perasaan mettā Anda menjadi begitu kuat dan kokoh sehingga Anda bisa mulai mencintainya.

Kategori Keenam: Seorang Musuh

Begitu Anda mampu mengembangkan mettā yang kuat dan mendalam terhadap seseorang yang tidak Anda sukai, Anda bisa mulai mengembangkan mettā terhadap kategori orang keenam, yaitu seseorang yang merupakan musuh Anda.
Ketika Anda mengembangkan mettā kepada seorang musuh, Anda melakukannya dengan cara yang sama seperti Anda mengembangkan mettā kepada orang yang tidak disukai. Jika tidak ada orang yang tidak Anda sukai, atau jika Anda tidak memiliki musuh, kembangkanlah mettā pada kategori ketujuh, yaitu semua makhluk hidup.

Kategori Ketujuh: Semua Makhluk Hidup

Ketika Anda telah mampu mengembangkan mettā pada musuh Anda, dan perasaan mettā Anda pada orang tersebut telah menjadi kuat dan kokoh, maka saatnya untuk memancarkan mettā pada semua makhluk hidup, dengan mengatakan dalam hati,"Semoga semua makhluk sehat, bahagia, dan damai. Semoga semua makhluk sehat, bahagia, dan damai".
Selama Anda terjaga, kembangkanlah mettā secara berulang-ulang dan tanpa henti kepada semua makhluk sampai perasaan mettā berkembang kuat dan kokoh, dan batin Anda menjadi tenang dan damai, bahagia, dan dipenuhi sukacita.

Seorang pemeditasi mettā yang terampil tidak memisahkan orang-orang dalam kategori yang berbeda-beda. Ia tidak berpikir, "Ini adalah teman saya dan itu adalah musuh saya." Kondisi batin seperti ini bisa diibaratkan seperti susu dan air yang dicampur menjadi satu. Jika Anda mengaduk susu dan air menjadi satu, Anda tidak akan dapat membeda-bedakannya lagi dengan mengatakan,"Bagian ini adalah air, bagian itu adalah susu". Keduanya telah sepenuhnya bercampur menjadi satu sehingga tidak dapat dibedakan lagi. Demikian pula, perasaan mettā seorang praktisi mettā tidak membedakan orang-orang dalam kategori-kategori yang berlainan. Ketika Anda merasakan hal ini, maka dapat dikatakan bahwa Anda telah berhasil dalam praktik meditasi mettā Anda.

Dalam Mettā Sutta, Sang Buddha menyebutkan seseorang yang selalu hidup dengan mettā sebagai "orang yang mulia", atau brahmavihāri. Kata Pāḷi brahmavihāri merujuk pada seorang ariya, orang mulia yang berbudi luhur yang selalu hidup dengan mettā; dapat dikatakan bahwa orang seperti itu adalah seorang ariyapuggala (orang yang mulia). Ketika seseorang hidup dengan cara seperti ini, kita mengatakan bahwa orang itu "telah menjadi seorang Brahmana". Jadi, sebisa mungkin, kembangkanlah mettā sampai Anda menjadi seorang praktisi mettā yang telah memenuhi kewajibannya.


--

Diterjemahkan dari The Little Book of Mettā, Chanmyay Myaing Sayadaw