5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Dari Mana Munculnya Kekotoran Batin ?

B Thitaketuko
Dari Mana Munculnya Kekotoran Batin ?

Sesungguhnya, dengan Vipassana kita bertujuan untuk melepaskan diri dari segala bentuk kekotoran batin yang ada dalam diri kita. Dari mana datangnya kekotoran batin itu? Kekotoran batin itu tak lain dari akibat pengalaman-pengalaman kita di masa lalu, yang kita sebut dengan istilah karma. Seperti sudah saya singgung pada bagian permulaan, apa saja yang kita alami di masa lalu, tidak ada yang hilang; semuanya mengendap di dalam diri kita. Dan ia akan muncul silih berganti dan tidak pernah muncul bersamaan. Ia akan muncul sesuai dengan kondisi yang ada pada saat itu, sesuai dengan proses-proses kesadaran yang kita alami. Hal ini perlu sekali kita mengerti proses itu, itulah saya mengambil kesempatan untuk membicarakan hal ini.

Dalam latihan Vipassana, kita berusaha mengembangkan kesadaran terhadap jasmani (rupa) dan batin (nama). Kesadaran (sati) ini sangat penting bahkan merupakan pelindung kita di dalam kehidupan sehari-hari supaya kita tidak terseret oleh hal-hal yang muncul dari dalam diri kita yang merupakan reaksi terhadap tantangan-tantangan dari luar. Apa yang datang dari luar, tidak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan, ada yang baik, ada yang jelek, yang mengerikan, menakutkan. Untuk dapat menghadapi apa yang datang dari luar, kita mesti mempunyai persiapan agar tidak terseret keadaan. Misalnya, kalau kita tidak sadar, begitu muncul kemarahan, kita tidak sadar diri lalu membuat reaksi. Dari mana reaksi itu? Dari modal kita, yang kita pupuk sehari-hari itu langsung keluar membuat reaksi, seperti melawan, menantang. Akan tetapi, tentunya kalau boleh kita ingin mendamaikan hal-hal yang sebenarnya kita hadapi. Dalam keadaan marah, belum tentu kita dapat mengatur diri sesuai dengan apa yang kita harapkan karena batin diliputi, digelapkan oleh marah, lalu diseret oleh sikap marah sehingga kita bertentangan, berkelahi.

Kita mengembangkan kesadaran, tetapi kesadaran ini belum cukup untuk membersihkan diri kita, ia hanya merupakan alat untuk tahu, untuk sadar, tahu melihat; ada usaha kedua yang lebih penting ialah mengembangkan kemampuan membebaskan diri dari apa saja yang muncul. Dalam latihan Vipassana kita tidak membedakan apakah sesuatu yang muncul itu menyenangkan atau tidak menyenangkan, tetapi kita hanya berusaha menyadari dan membebaskan diri dari cengkraman apa yang muncul.


“Buku Catatan Meditasi Vipassana” oleh YM. Bhante Thitaketuko