5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Apa yang Diajarkan dalam Dhammādāsa?

Kualitas Khusus dari Sotāpatti Magga (Bagian 4B)


Kualitas Khusus dari Sotāpatti Magga (Bagian 4B)

Apakah empat sifat tetap dari seorang sotāpanna?

Oleh karena itu, ada tiga kepemilikan saddhā yaitu keyakinan yang tidak tergoyahkan dan tidak dapat dihancurkan pada Buddha, Dhamma dan Saṅgha seperti yang baru saja kita bahas, dan satu kepemilikan moralitas yang disebut ariyakanta. Keempat hal ini adalah empat sifat tetap dari seorang sotāpanna.

Apa yang diajarkan oleh Sang Buddha dalam Dhammādāsa?

Sang Buddha mengajarkan dalam Dhammādāsa bahwa jika seseorang terpenuhi dalam empat faktor ini, maka ia dapat menentukan apakah ia telah mencapai sotāpanna atau belum.
Dhamma berarti ajaran Sang Buddha. Ādāsa berarti cermin. Oleh karena itu, dhammādāsa berarti Dhamma yang bagaikan cermin. Seperti halnya setelah melihat dalam cermin, seseorang melihat pantulan dirinya dan mengetahui apakah pantulan itu proporsional atau tidak, setelah melihat dalam cermin Dhamma yang disebut dhammādāsa, jika seseorang dipenuhi dengan empat faktor dhammādāsa, ia dapat menentukan sendiri apakah ia telah mencapai tingkat sotāpanna atau belum.

YM. Mahāsi Sayadaw telah menulis sebuah kutipan tentang empat faktor dhammādāsa ini. Karena hal ini biasanya dijelaskan dalam ceramah dhamma tentang kemajuan dalam pandangan terang, mungkin beberapa orang bahkan mampu melafalkannya secara lisan. Marilah kita melafalkannya:
1. Setelah melihat kualitas-kualitas Sang Buddha, seorang sotāpanna memiliki keyakinan yang kokoh terhadap Beliau.
2. Setelah melihat kualitas-kualitas Dhamma, seorang sotāpanna memiliki keyakinan yang kokoh terhadap Dhamma.
3. Setelah melihat kualitas-kualitas Saṅgha, seorang sotāpanna memiliki keyakinan yang kokoh terhadapnya.
4. Seorang sotāpanna secara sempurna terpenuhi dalam lima ariyakanta sīla.

Ini adalah empat Dhamma yang bagaikan cermin. Ini adalah empat sifat seorang sotāpanna. Jika seseorang menjadi seorang sotāpanna sejati, maka ia harus dipenuhi dengan empat kualitas ini. Marilah kita melafalkannya:
5. Seorang sotāpanna yang mulia dipenuhi dengan empat Dharma yang bagaikan cermin.
6. Seorang sotāpanna dapat menentukan sendiri tingkat pengetahuannya.

Hal ini cukup untuk memahami dua jenis kepemilikan dari keyakinan dan moralitas.

Mengapa seorang sotāpanna senantiasa terbebas dari perbuatan yang salah?

Kemudian, ada hirī ottappiyaṁ dhanaṁ, kepemilikan hirī, rasa malu secara moral akan perbuatan salah, dan kepemilikan ottappa, rasa takut secara moral akan perbuatan salah. Orang yang dipenuhi dengan hirī dan ottappa ini akan merasa malu dan takut untuk melakukan hal-hal yang salah. Oleh karena itu, ia senantiasa terbebas dari perbuatan salah.

Seperti juga di dunia ini, orang yang malu dan takut untuk melakukan tindak kejahatan tidak akan berani melakukannya dan mereka akan menghindari melakukan tindak kejahatan, maka mereka akan selalu terbebas dari kesalahan. Para sotāpanna selalu dipenuhi dengan kepemilikan mulia berupa rasa malu dan rasa takut secara moral. Oleh karena itu, mereka terbebas dari perbuatan buruk, dan selalu murni dalam moralitas.

Pengetahuan seperti apa yang dimiliki oleh seorang sotāpanna?

Berikutnya, ada sutadhanañca - kepemilikan suta, pengetahuan teori dan pengetahuan berdasarkan praktik. Pengetahuan teori mengenai dhamma yang diperoleh seseorang, baik dari mendengarnya, atau dari membaca tentang dhamma, disebut āgamasuta. Ini adalah pengetahuan berdasarkan perkataan orang lain. Pengetahuan yang diperoleh setelah mempraktikkan meditasi berdasarkan pengalaman pribadi disebut adhigamasuta. Ini adalah pengetahuan berdasarkan praktik. Pengetahuan teori dan praktik ini keduanya merupakan kepemilikan para mulia. Setelah mendengarkan dhamma, seorang sotāpanna dipenuhi dengan keduanya, baik pengetahuan teori dan juga pengetahuan praktik yang dicapainya secara pribadi.

(Bersambung - Bagian 4C)

--

Dikutip dari ceramah Tharmanaykyaw Sayadaw, Kualitas Khusus dari Sotāpatti Magga (Bagian 4), 22 Agustus 2021.