5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Kualitas Khusus Sotapātti Magga (Bagian 3A)

Kualitas Khusus Sotapātti Magga 3A

Kualitas Khusus dari Sotāpatti Magga (Bagian 3A)

Hari ini, tanggal 25 Juli 2021, saya akan melanjutkan topik dari ceramah dhamma bulan lalu tentang kualitas-kualitas khusus dari sotāpatti magga, berdasarkan tulisan YM. Mahāsi Sayadaw.

Pada kesempatan ini saya juga ingin berbagi tiga hal lagi yang sangat penting dari YM. Mahāsi Sayadaw yang saya rasa akan bermanfaat bagi latihan Anda:

1. Penderitaan dari kehidupan lampau tidak dapat dihilangkan. Seseorang hanya dapat melenyapkan penderitaan dari kehidupan yang akan datang. Jika seseorang tidak melenyapkan penderitaan dari kehidupan mendatang melalui jalan mulia, maka penderitaan itu tidak akan ada akhirnya.

2. Batin dari para makhluk kebanyakan mendapatkan kesenangan dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Apabila ada banyak perbuatan tidak baik, maka dapat dipastikan seseorang akan terlahir kembali di alam-alam tingkat rendah. Oleh karena itu, dalam Kitab Komentar juga disebutkan: Pamatassa hi nāma cattāro apāyā sakagehasadisā, yang artinya: Bagi orang yang lalai; empat alam-alam rendah bagaikan rumahnya sendiri.

3. Harta keduniawian, meskipun bernilai ratusan ribu, hanya dapat digunakan di kehidupan saat ini. Seseorang tidak dapat membawanya ke kehidupan berikutnya. Akan tetapi, harta milik para mulia dapat digunakan sepanjang masa saṁsarā.

1. Berdasarkan Sutta Pāḷi dan Kitab-kitab Komentar, belenggu-belenggu apa saja yang disingkirkan oleh sotāpatti magga, dan para sotāpanna terbebas dari apa saja?

Menurut ajaran dalam Sutta Pāḷi, sangatlah jelas: "Tīni saṁyojanāni pahīyanti sakkāyadiṭṭhi vicikiccha silabbataparāmāso," yang berarti "Sotāpanna terbebas dari tiga belenggu pandangan salah tentang diri (sakkāyadiṭṭhi), keraguan-raguan (vicikiccha), dan kepercayaan terhadap praktik-praktik yang salah (silabbataparāmāsa)."

Dalam kitab-kitab komentar, dijelaskan lebih lanjut bahwa seorang sotāpanna juga terbebas dari belenggu issā, rasa iri pada orang lain yang lebih unggul dari dirinya, dan macchariya, kekikiran, tidak ingin berbagi miliknya dengan orang lain.

Secara ringkas, sotāpatti magga menyingkirkan tiga belenggu sakkāyadiṭṭhi, vicikiccha, dan silabbataparāmāsa, beserta lobha, dosa dan moha yang kasar yang dapat menyebabkan seseorang terlahir kembali di empat alam-alam yang lebih rendah. Menurut penjelasan dalam kitab-kitab komentar, sotāpatti magga juga melenyapkan dua belenggu lainnya, yaitu issā dan macchariya. Sehubungan dengan hal inilah ayat berikut ini ditulis: "Sotāpatti magga mengikis dan menghancurkan kumpulan kekotoran batin yang sebelumnya tidak dapat dilenyapkan."

2. Dalam "Kemajuan Pandangan Terang" yang diajarkan oleh YM. Mahāsi Sayadaw, belenggu-belenggu apakah yang dimusnahkan oleh sotāpatti magga?

Kitab-kitab komentar menjelaskan bahwa iri hati (issā) dan ketamakan atau kekikiran (macchariya) telah dilenyapkan oleh sotāpatti magga. Oleh karena itu, dalam "Kemajuan Pandangan Terang" yang diajarkan oleh YM. Mahāsi Sayadaw, beliau menjelaskan bahwa sotāpatti magga membasmi seluruh lima belenggu (1) pandangan salah, sakkāyadiṭṭhi; (2) keragu-raguan, vikikiccha; (3) kepercayaan terhadap praktik-praktik yang salah, sīlabbataparāmāsa; (4) iri hati, issā; (5) keserakahan atau kekikiran, macchariya.

3. Apa yang diajarkan dalam Anguttara Nikāya, Nipāta Kedua, Kodhapeyyāla? Bagaimana kitab-kitab Komentar menjelaskannya?

Namun, dalam Sutta Pāli yang diajarkan oleh Sang Buddha, dikatakan bahwa hanya: "Tīni saṁyojanāni pahīyanti - Tiga belenggu sakkāyadiṭṭhi, vicikiccha, dan sīlabbataparāmāsa yang dilenyapkan." Juga dalam Anguttara Nikāya, Nipāta Kedua, Kodhapeyyāla, diajarkan bahwa "Dveme bhikkhave dhammā sekhessa bhikkhuno parihānāya saṁvattanti. Katame dve kodho ca upanāho ca, makho ca paḷāso ca. Issā ca macchariyañca. Māyā ca sāttheyyañca."

"Para bhikkhu: Ada 2 dhamma-dhamma. Mereka menyebabkan kemunduran seseorang yang sedang berlatih. Apakah kedua hal itu? Kemarahan dan permusuhan adalah satu pasangan. Tidak tahu berterima kasih dan persaingan, bersaing dengan orang-orang yang lebih unggul adalah satu pasangan. Iri hati dan kekikiran adalah satu pasangan. Menyembunyikan kesalahan sendiri dan kemunafikan adalah satu pasangan."

Di sini, kitab-kitab Komentar menjelaskannya sebagai berikut:
"(Mereka) menyebabkan kemerosotan kualitas-kualitas yang lebih tinggi yang seharusnya dicapai oleh ketujuh jenis orang sekkha. Pertama-tama, (mereka) menyebabkan kemerosotan dari seorang duniawi (makhluk yang belum tercerahkan)."

4. Apakah para sotāpanna terbebas dari iri hati dan kekikiran menurut ajaran Sang Buddha?

Jika kita memeriksa baik ajaran Sang Buddha maupun kitab-kitab Komentar Pāli bersama-sama, karena sotāpanna adalah jenis orang kedua di antara tujuh sekkha (orang yang sedang berlatih), maka kita dapat meyakini bahwa jika para sotāpanna juga memiliki sifat iri hati dan kekikiran, maka mereka dapat mengalami kemunduran tanpa mencapai pengetahuan khusus dari jalan dan buah yang lebih tinggi dengan mudah. Oleh karena itu, dikatakan bahwa para sotāpanna juga belum terbebas dari iri hati dan kekikiran.

5. Mengapa dalam kitab-kitab Komentar dikatakan bahwa sotāpatti magga menyingkirkan dhamma-dhamma dari tidak tahu berterima kasih (makkha), persaingan, bersaing dengan orang yang lebih unggul (paḷāsa), iri hati (issā), kekikiran (macchariya), menyembunyikan kesalahan sendiri (māyā), dan kemunafikan (sāttheyya)?

Namun demikian, sulit untuk menentukan secara pasti. Mengapa? Di antara tujuh jenis orang sekkha, empat jenis orang yang telah mencapai magga juga termasuk di dalamnya. Pada saat pencapaian magga, pasangan-pasangan dhamma yang tidak baik seperti kemarahan dan permusuhan, dsb., tidak dapat muncul. Juga sulit untuk mengatakan bahwa orang-orang semacam ini yang telah mencapai magga akan merosot dari dhamma-dhamma yang lebih tinggi. Secara khusus, orang-orang yang telah mencapai arahatta magga sama sekali tidak dapat turun ke tingkatan yang lebih rendah. Kitab-kitab Komentar juga menganggap keempat jenis orang yang telah mencapai magga ini sebagai bagian dari "tujuh jenis orang sekkha".

Lebih jauh lagi, berhubung rasa tidak tahu berterima kasih (makkha), persaingan, bersaing dengan orang-orang yang lebih unggul (paḷāsa), iri hati (issā), kekikiran (macchariya), menyembunyikan kesalahan sendiri (māyā), dan kemunafikan (sāttheyya) merupakan dhamma-dhamma yang sangat rendah, maka keberadaannya tidaklah layak dalam proses batin para Ariya, mahluk-makhluk yang tercerahkan. Oleh karena itu, dalam kitab-kitab Komentar dikatakan bahwa sotāpatti magga melenyapkan dhamma-dhamma dari rasa tidak tahu berterima kasih (makkha), persaingan, berkompetisi dengan orang-orang yang lebih unggul (paḷāsa), iri hati (issā), kekikiran (macchariya), menyembunyikan kesalahan sendiri (māyā), dan kemunafikan (sāttheyya). Menurut penjelasan dari kitab-kitab Komentar, kita harus meyakini bahwa para sotāpanna terbebas dari keenam dhamma buruk ini. Jika seseorang belum terbebas dari keenam dhamma tersebut, maka jalan terbaik adalah berlatih meditasi sampai ia terbebas dari keenam dhamma tersebut. 



(Bersambung - Bagian 3B)

Diterjemahkan dari ceramah Tharmanaykyaw Sayadaw, Kualitas Khusus dari Sotāpatti Magga (Bagian 3), 25 Juli 2021.