5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Empat Landasan Perhatian Penuh (Bagian 5) - Four Foundation Of Mindfulness

Chanmyay Sayadaw

Perhatian Penuh terhadap Dhamma - Mindfulness Of Dhamma

Landasan perhatian keempat adalah dhammanupassanā satipatthāna , yang berarti perenungan terhadap Dhamma. Di sini Dhamma mencakup banyak kategori proses mental atau fisik. Kategori pertama adalah lima nivarana (hambatan) yaitu :

1. Kamacchanda. Nafsu indera—keinginan terhadap obyek-obyek yang terlihat, suara, bau, rasa, dan objek nyata.

2. Vyapada. Kemarahan atau niat buruk.

3. Thina-middha. Kemalasan dan kelambanan, kantuk, ketumpulan mental, berat.

4. Uddhacca-kukkuccā .  Penyesalan, kekhawatiran, atau ketidakbahagiaan tentang perbuatan di masa lalu. Ketidakbahagiaan karena gagal melakukan apa yang seharusnya dilakukan di masa lalu adalah aspek pertama. Aspek kedua adalah ketidakbahagiaan karena telah melakukan perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan, yakni suatu perbuatan yang tidak baik, yang akan menghasilkan akibat yang buruk.

5. Vicikiccha. Keraguan.

Selama pikirannya terkotori, seorang meditator tidak dapat menyadari setiap proses mental atau proses jasmani. Hanya ketika pikiran dapat terkonsentrasi dengan baik pada objek meditasi (baik proses mental atau jasmani), akan terbebas dari segala jenis kekotoran batin atau hambatan. Kemudian pikiran menjadi jernih dan dapat menembus; sangat menembus sehingga dapat memahami sifat alami dari proses batin dan jasmani yang sebenarnya sebagaimana adanya. Kapan pun ketika salah satu dari lima rintangan muncul dalam pikiran seorang meditator, ia harus menyadarinya. Misalnya, ketika seorang meditator mendengar lagu yang merdu dari luar dan tidak mencatatnya, dia mungkin mempunyai keinginan untuk mendengarkan lagu tersebut. Dia suka mendengar lagu ini berulang kali dan dia menurutinya. Keinginan untuk mendengarkan lagu tersebut adalah keinginan indera—kamacchanda.

Jadi ketika dia mendengar lagu merdu apa pun, dia harus mencatat “mendengar, mendengar”. Tetap, dia mungkin bisa kewalahan oleh lagu itu jika perhatian penuhnya tidak cukup kuat. Jika dia mengetahui perasaan menginginkan lagu tersebut dapat membawanya pada kejadian atau kecelakaan yang tidak diharapkan, atau dapat juga menjadi hambatan bagi kemajuan meditasinya, ia akan mencatatnya sebagai “keinginan, keinginan” sampai keinginan itu dihancurkan oleh perhatian penuh yang kuat. Ketika perhatian penuh menjadi konstan dan kuat, keinginan itu akan menghilang. Keinginan itu hilang karena sudah diamati dengan penuh perhatian dan penuh semangat. Ketika seorang meditator mengamati, atau berperhatian penuh akan keinginan inderanya sebagaimana adanya, mencatat dalam batin,“keinginan, keinginan”, dia mengikuti dengan patuh apa yang diajarkan Sang Buddha dalam Mahasatipatthana Sutta. Berperhatian penuh dengan cara ini adalah dhammanupassana satipatthana atau perenungan terhadap objek-objek pikiran, yaitu perenungan terhadap rintangan (nivarana).




 
Dikutip dari buku Vipassanā Meditation Lectures on Insight Meditation oleh Chanmyay Sayadaw