5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Empat Landasan Perhatian Penuh (Bagian 3)

chanmyay sayadaw
Empat Landasan Perhatian Penuh (Bagian 3)

Perhatian Penuh pada Perasaan

Perhatian penuh terhadap sensasi atau kontemplasi terhadap sensasi dikenal sebagai vedānanupassana satipatthāna. Biasanya di awal latihan, meditator merasakan sensasi fisik serta sensasi mental yang tidak menyenangkan. Di sini kita perlu menjelaskan sekali lagi tentang dua jenis sensasi, yaitu:

1. Kayika-vedāna

2. Cetasika-vedāna

Jika perasaan atau sensasi tersebut muncul tergantung dari proses fisik, maka hal ini dikenal sebagai kayika-vedāna. Kita mungkin menerjemahkannya sebagai perasaan atau sensasi fisik, atau sensasi tubuh. Jika perasaan atau sensasi muncul tergantung pada proses mental, hal ini disebut cetasika-vedāna. Kita mungkin menerjemahkannya sebagai perasaan mental atau sensasi mental. Sebenarnya, setiap perasaan, setiap sensasi adalah merupakan proses mental, bukan proses fisik. Namun, terkadang perasaan atau sensasi yang timbul tergantung pada proses fisik misalnya ketidaknyamanan. Ketika seorang meditator merasakan ketidaknyamanan pada tubuhnya, sensasi tidak menyenangkan muncul. Sensasi tidak menyenangkan inilah yang disebut kayika-vedāna karena muncul tergantung pada proses fisik.

Pada awal latihan, seorang meditator pada umumnya kebanyakan mengalami sensasi mental dan fisik yang tidak menyenangkan.Tapi, apapun sensasi yang dia alami, dia harus mengamatinya dengan sangat penuh perhatian, penuh semangat, dan tepat agar ia dapat mengetahui sifat alami perasaan atau sensasi tersebut. Ciri-ciri khusus dan umum dari perasaan itu harus dipahami secara menyeluruh, sehingga ia tidak akan melekat padanya atau merasa jijik terhadapnya. Ini adalah vedānanupassa satipatthāna, perhatian penuh pada perasaan atau sensasi. Kapan pun perasaan muncul, perasaan itu harus diamati dan dicatat sebagaimana adanya.

Wajar bagi seorang meditator merasa takut terhadap sensasi fisik tidak menyenangkan yang ia alami di dalam latihan meditasinya, namun sensasi sakit bukanlah proses yang perlu ditakuti. Sakit merupakan proses alami yang harus dipahami secara menyeluruh dengan menyadarinya sebagaimana adanya. Ketika seorang meditator dapat mengamati rasa sakitnya dengan usaha yang gigih, ia dapat memahami sifat—sifat khusus dan umum dari rasa sakit. Kemudian pengetahuan yang menembus tentang sifat sebenarnya dari rasa sakit atau sensasi tidak menyenangkan itu akan membawa meditator ke tingkat pandangan terang yang lebih tinggi. Akhirnya, dia bisa mencapai pencerahan melalui sensasi sakit ini.


Dikutip dari buku Vipassanā Meditation Lectures on Insight Meditation oleh Chanmyay Sayadaw