5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Empat Landasan Perhatian Penuh (Bagian 1)

 

Empat Landasan Perhatian Penuh

Setelah menjelaskan tujuh manfaat dari perhatian penuh, Buddha melanjutkan dengan menjelaskan Empat Landasan Perhatian Penuh:

1. Kāyānupassanā satipatthāna
2. Vedanānupassanā satipatthāna
3. Cittānupassanā satipatthāna
4. Dhammānupassanā satipatthāna

Kayānupassanā satipatthāna berarti perenungan terhadap tubuh atau perhatian penuh terhadap proses jasmani apa pun yang terjadi.

Vedanānupassanā satipatthāna berarti perenungan terhadap perasaan atau sensasi. Perasaan atau sensasi ini terdiri dari tiga jenis:

1. Perasaan atau sensasi yang menyenangkan,
2. Perasaan atau sensasi yang tidak menyenangkan,
3. Perasaan atau sensasi netral.

Perasaan atau sensasi yang menyenangkan disebut sukha-vedāna (sukha berarti menyenangkan, vedāna adalah perasaan atau sensasi). Sensasi atau perasaan yang tidak menyenangkan disebut dukkhā-vedāna dalam bahasa Pali (dukkhā di sini berarti tidak menyenangkan). Perasaan atau sensasi netral disebut upekkhā-vedāna (upekkhā berarti netral - bukan menyenangkan maupun bukan tidak menyenangkan). Ketika perasaan menyenangkan, perasaan tidak menyenangkan atau perasaan netral muncul, seorang meditator harus memperhatikannya sebagaimana adanya. Beberapa meditator berpikir bahwa perasaan tidak menyenangkan tidak boleh diamati karena itu tidak menyenangkan. Sebenarnya, semua jenis perasaan harus dicatat dengan penuh perhatian ketika hal itu benar-benar terjadi. Jika kita tidak mengamati atau perhatikan perasaan atau sensasi menyenangkan atau tidak menyenangkan yang kita alami pasti akan terikat padanya atau menolaknya. Saat kita menyukai perasaan atau sensasi tertentu, kita menjadi terikat padanya. Kemelekatan itu, atau tanha, timbul tergantung pada perasaan atau sensasi. Dalam hal ini, perasaan menyenangkan adalah penyebab dan kemelekatan adalah akibat.

Jika seorang meditator berlatih dengan keras dan tekun, maka konsentrasi akan menjadi dalam dan kuat. Ketika konsentrasi meditator menjadi dalam dan kuat, ia merasa bahagia dan mengalami kegembiraan, karena pikirannya, pada saat itu, bebas dari segala kekotoran batin seperti keserakahan, kebencian, khayalan, kesombongan, dan sebagainya. Meditator yang tekun telah mencapai pencapaian yang sangat baik, tingkat pandangan terang yang bagus karena pikirannya sekarang tenang, tenteram, dan damai. Jika meditator menikmatinya dan puas dengan apa yang dialaminya, itu berarti dia terikat padanya, dan karena itu dia tidak bisa maju ke tahap pengetahuan yang lebih tinggi. Pengalaman seperti itu bisa saja terjadi ketika mencapai bagian awal dari tahap pandangan terang keempat. Jika meditator memahami hal ini, meditator sebaiknya hanya mengamati pengalaman yang diperolehnya pada tahap ini. Apapun yang dia alami pada tahap ini, dia tidak akan terikat padanya jika dia mengamati pengalamannya dengan cermat, penuh perhatian dan penuh semangat. Ketika meditator mencatatnya dengan penuh perhatian dan terus-menerus, maka kebahagiaan, ketenangan, atau kedamaian tidak akan terwujud dengan jelas dalam pikirannya.Yang disadarinya saat itu hanyalah perasaan yang muncul dan lenyap. Kemudian perasaan lain muncul dan lenyap. Dia tidak bisa membedakan antara perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan. Dengan demikian dia menjadi terlepas dari pengalamannya dan melanjutkan latihan untuk mencapai tingkat pandangan terang yang lebih tinggi. Hanya dengan begitu dia bisa melampaui tahap pandangan terang ini.

Jika seorang meditator berjalan dengan penuh perhatian, mencatat enam bagian langkah:
• mengangkat kaki,jari kaki,
• mendorong kaki ke depan,
• menjatuhkannya,
• menyentuh, dan
• menekan,

Sebagai hasilnya konsentrasinya menjadi bagus, dalam, dan kuat, dia tidak akan menyadari bentuk kakinya. Dia juga tidak menyadari tubuh atau bentuk tubuh. Yang dia tahu hanyalah pergerakan kaki. Gerakannya mungkin juga terasa ringan; dia mungkin merasa seolah-olah dia berjalan di udara. Dia mungkin merasa seolah-olah dia diangkat ke langit.

Pada tahap ini, dia mengalami pengalaman meditasi yang luar biasa. Jika dia tidak mengamati pengalaman-pengalaman ini dengan penuh perhatian, dia akan menyukainya dan mungkin menginginkan lebih banyak lagi. Dia mungkin menjadi sangat puas dengan latihannya dan dia mungkin berpikir ini adalah Nibbāna (berhentinya segala macam penderitaan), karena inilah pengalaman yang terbaik yang pernah dia alami. Semua ini terjadi, karena dia tidak mengamati pengalaman menyenangkan tersebut, sehingga menjadi terikat terhadap pengalaman itu. Kemelekatan ini muncul bergantung dari perasaan atau sensasi menyenangkan mengenai pengalaman yang baik tersebut.

Jika seorang meditator menikmati perasaan atau sensasi menyenangkan dari pengalaman yang baik tersebut tanpa menyadarinya, dia pasti akan menjadi terikat padanya. Jadi, dia harus mengamati dan waspada dan menyadari pengalaman apa pun yang dia temui pada tahap ini. Dia tidak boleh menganalisis atau memikirkan hal tersebut, tetapi harus menyadari pengalaman itu sebagaimana apa adanya, ini bertujuan untuk memahami bahwa pengalaman proses mental atau keadaan mental ini adalah subjek dari ketidakkekalan. Setiap kali dia mencatat, dia menemukan pengalaman itu tidak kekal. Ketika “pikiran yang mencatat” menjadi konstan, berkelanjutan, dan kuat, ia menembus ke dalam sifat dari pengalamannya, yang dalam hal ini adalah kondisi mental. Pikiran mulai menyadari bahwa pengalaman itu telah hilang. Kapan pun hal itu muncul, pikiran mencatatnya, dan itu menghilang lagi. Kemudian dia menyimpulkan bahwa perasaan menyenangkan ini bersama dengan pengalamannya adalah tidak kekal (aniccā), karena ia telah memahami sifat ketidakkekalan melalui pengalaman dhamma yang dia alami sendiri. Di sini, dhamma berarti proses batin dan jasmani. Karena dia telah menyadari perasaan atau sensasi menyenangkan dan pengalaman yang baik itu tidaklah kekal, dia menjadi tidak terikat pada hal tersebut. Kemelekatan tidak akan muncul ketika meditator memahami dengan benar sifat sebenarnya dari kondisi mental yang baik atau pengalaman yang baik.

Dikutip dari buku Vipassanā Meditation Lectures on Insight Meditation oleh Chanmyay Sayadaw