5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Penyembuhan Melalui Meditasi Pandangan Terang (Bagian 1)

Suster Hla Myint
 

Penyembuhan Melalui Meditasi Vipassana (1/3)

oleh Bhikkhu Visuddhācāra


Ini adalah kisah seorang meditator Burma, dan bagaimana ia menggunakan meditasi kesadaran untuk menyembuhkan tumor di tenggorokannya. Pada waktu itu ia menjabat sebagai suster kepala di bagian kardiologi di Rumah Sakit Umum Rangoon. Dokter mencurigai benjolan itu adalah kanker dan bermaksud melakukan biopsi. Suster Hla Myint, yang saat itu berusia 37 tahun dan meskipun ia sendiri adalah seorang perawat, menolak semua pemeriksaan atau perawatan medis lebih lanjut, dan memilih mengambil cuti untuk berlatih meditasi pandangan terang secara intensif.

Keyakinan yang Mendalam pada Vipassana

Bagi Suster Hla Myint, itu adalah keputusan yang mudah. Ia berpikir apabila tumornya ganas, biopsi mungkin akan semakin memicu pertumbuhannya. Ia sendiri yakin bahwa tumornya ganas, dan jika hal ini dikonfirmasi, ia tidak mau menjalani perawatan medis. Mengapa tidak? "Tidak ada jaminan kesembuhan," katanya. "Bahkan setelah operasi atau pengobatan radiasi, kanker dapat menyebar lagi. Efek sampingnya bisa lebih buruk daripada kesembuhannya. Saya tidak ingin mengalami penderitaan seperti yang saya lihat dialami pasien-pasien lain. Saya ingin mempertahankan agar batin saya tetap jernih, penuh kesadaran dan tajam. Saya tidak ingin obat apa pun mengaburkan kejernihan batin saya. Cara saya mempertimbangkannya sangatlah sederhana. Jika saya menjalani pengobatan, saya mungkin akan sembuh atau mungkin tidak, tetapi saya pasti harus menghadapi efek sampingan yang serius. Jika saya bermeditasi, saya mungkin sembuh atau mungkin juga tidak, tetapi efek sampingnya adalah nibbāna - lenyapnya seluruh penderitaan. Jika saya tidak mencapai nibbāna, setidaknya saya akan semakin dekat dengan nibbāna. Selain itu, saya memiliki keyakinan penuh pada meditasi pandangan terang."

"Saya ingin mempertahankan agar batin saya tetap jernih, penuh kesadaran dan tajam. Saya tidak ingin obat apa pun mengaburkan kejernihan batin saya."
Maka dimulailah perjuangan panjang melawan tumor tersebut. Meskipun pada awalnya, pertumbuhan tumor itu sempat berhenti setelah mengikuti retret singkat, namun tumor itu kembali muncul beberapa tahun kemudian. Pada akhirnya, Suster Hla Myint bermeditasi secara intensif selama hampir tiga tahun sebelum tumornya benar-benar lenyap. Ini adalah kisah tentang keyakinan, ketekunan, tekad dan usahanya.


Suster Hla Myint

Suster Hla Myint di Paṇḑitārāma, Rangoon, 1991


Bagaimana Saya Bertemu Suster Hla Myint

Namun, sebelum saya memulai kisah ini dari awal, mungkin saya perlu menjelaskan bagaimana saya mengenal Suster Hla Myint. Saya pertama kali bertemu dengannya pada bulan Juni 1987 ketika saya berlatih di Pusat Meditasi Mahāsī Yeikthā di Rangoon. Suster Hla Myint berperawakan tinggi, berkulit gelap dan berbadan kuat. Saya tinggal di pusat meditasi tersebut hingga Oktober 1988. Suster Hla Myint juga tinggal di sana, melayani kebutuhan medis para bhikkhu, biarawati dan para yogi. Sejak tumornya sembuh di bulan Mei 1982, ia telah menetap untuk melayani di pusat meditasi tersebut, selalu siap sedia untuk memberikan obat-obatan atau menangani penyakit-penyakit ringan.

Saya tidak mengetahui tentang kisah ini hingga kunjungan saya yang kedua ke Burma pada bulan Juli 1989. Saat itulah saya jatuh sakit menjelang akhir kunjungan saya di awal tahun 1991. Saya telah pindah dari Mahāsī Yeikthā untuk mengikuti guru saya, Sayādaw U Paṇḍita, ke Paṇḍitārāma, sebuah pusat meditasi baru. Suster Hla Myint juga ikut pindah untuk menetap dan melayani di pusat meditasi yang baru itu.

Kesehatan saya memburuk pada bulan Januari 1991 dan selama beberapa bulan saya merasa tidak sehat. Saya menderita batuk terus-menerus, dan ada rasa sakit dan nyeri pada tulang dan persendian. Suster Hla Myint mengantarkan saya ke Rumah Sakit Umum untuk menjalani rontgen dan berkonsultasi dengan beberapa dokter spesialis. Ia tampaknya memiliki banyak kenalan - para perawat dan dokter, yang banyak membantu kami di rumah sakit itu. Saya tidak perlu menunggu terlalu lama untuk pemeriksaan dan pengobatan.

Sekembalinya ke pusat meditasi, tanpa kenal lelah ia terus memantau kesehatan saya beberapa kali dalam sehari. Ia juga membuatkan sup ayam untuk membantu saya memulihkan tenaga. Saya bukanlah seorang pasien yang baik karena saya tidak suka minum obat. Suatu hari, dokter bedah ortopedi memberikan beberapa obat untuk mengatasi rasa sakit saya. Dokter menduga saya menderita semacam radang sendi.

Saya enggan meminum obat itu karena saya diberitahu bahwa obat itu memiliki beberapa efek sampingan. Jadi, saya bertanya kepadanya, "Suster, katakan pada saya, jika Anda berada di posisi saya, apakah Anda akan meminum obat ini?" Ia menjawab "Tidak," dan mengakui meskipun ia seorang perawat dan sering meresepkan obat bagi orang lain, ia sendiri jarang minum obat. Jika sakit, ia akan bermeditasi.

Ia tidak menyukai efek samping dari obat-obatan dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap meditasi. "Bahkan jika saya tidak sembuh dan harus mati, jika saya bermeditasi saya dapat mencapai nibbāna," katanya. Jadi, setiap kali ia jatuh sakit, ia akan minum banyak cairan dan bermeditasi sepanjang hari. (Tentu saja, kami tidak menyarankan para yogi untuk menolak minum obat ketika sakit. Mereka harus bijak dalam mengambil keputusan. Tidak semua orang bisa seperti Suster Hla Myint. Selain itu, seseorang harus bermeditasi secara intensif dan menggunakan konsentrasi untuk mengatasi suatu penyakit. Tidak mudah bagi semua meditator untuk dapat bertahan dalam latihan dan memperoleh konsentrasi yang kuat. Jadi akan lebih bijaksana jika mereka minum obat). Suster Hla Myint kemudian bercerita tentang perjuangannya sendiri melawan tumor, yang ia yakini ganas. Belakangan, ketika saya sudah sembuh, saya mewawancarainya untuk mendengarkan seluruh kisahnya, yang saya sajikan di sini.

Diterjemahkan dari Healing through Insight Meditation, yang ditulis oleh Bhikkhu Visuddhācāra, seizin Bhikkhu Pesala, Association for Insight Meditation, www.aimwell.org