5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Manfaat Meditasi Jalan - Sayadaw U Sīlānanda (Bagian 2)

 

Manfaat Meditasi Jalan (Bagian 2)

Saat mengemudi di jalan bebas hambatan, kita mungkin mengemudi dengan kecepatan 90, 100, atau bahkan 130 kilometer per jam. Mengemudi secepat itu, kita tidak akan dapat membaca rambu-rambu di jalan. Jika ingin membaca rambu-rambu tersebut, kita harus melambat. Tidak perlu ada orang yang menyuruh,"Pelan-pelan!" tetapi pengemudi secara otomatis akan melambat agar dapat melihat rambu-rambu tersebut.

Demikian pula halnya, apabila para meditator ingin mengamati dengan lebih seksama gerakan-gerakan mengangkat, bergerak maju, meletakkan, dan menekan, maka secara otomatis mereka akan melambat. Hanya ketika mereka melambat, barulah mereka dapat benar-benar memperhatikan dan menyadari sepenuhnya gerakan-gerakan tersebut.

Meskipun para meditator mengamati dengan seksama dan memperlambat gerakan, mereka mungkin tidak melihat semua gerakan dan tahapan secara jelas. Tahapan-tahapan tersebut mungkin belum terdefinisi dengan baik di dalam batin, dan mereka mungkin terlihat seperti satu gerakan yang berkesinambungan. Ketika konsentrasi semakin menguat, meditator akan mengamati dengan semakin jelas tahapan-tahapan yang berbeda dalam satu langkah tersebut; setidaknya empat tahapan akan lebih mudah untuk dibedakan.

Para meditator akan mengetahui dengan jelas bahwa gerakan mengangkat tidak menyatu dengan gerakan bergerak maju, dan mereka akan mengetahui bahwa gerakan bergerak maju tidak menyatu dengan gerakan mengangkat atau gerakan meletakkan. Meditator akan memahami semua gerakan dengan jelas dan secara terpisah-pisah. Apa pun yang mereka amati dan sadari akan menjadi sangat jelas dalam batin mereka.

Seiring para meditator melanjutkan latihannya, mereka akan mampu mengamati lebih banyak lagi. Ketika mengangkat kaki, mereka akan merasakan ringannya kaki. Ketika mendorong kaki ke depan, mereka akan melihat pergeseran dari satu tempat ke tempat lain. Ketika menurunkan kaki, mereka akan merasakan beratnya kaki, karena kaki terasa berat dan semakin berat sewaktu bergerak turun. Ketika mereka meletakkan kaki di tanah, mereka akan merasakan sentuhan tumit di tanah.

Dengan demikian, disamping mengamati mengangkat, mendorong, menurunkan, dan menekan tanah, para meditator juga akan merasakan ringannya kaki yang diangkat, pergeseran kaki, beratnya kaki yang diturunkan, dan sentuhan kaki sebagai sensasi keras atau lunak pada kaki ketika menekan tanah. Pada saat meditator merasakan proses-proses tersebut, mereka sedang merasakan empat unsur mendasar (dalam bahasa Pāli disebut dhātu). Empat unsur mendasar tersebut adalah: unsur tanah, unsur air, unsur api, dan unsur angin. Melalui pengamatan yang seksama terhadap empat tahap meditasi jalan tersebut, empat unsur dalam hakikatnya yang sejati akan dapat dirasakan, tidak hanya sebagai konsep belaka, tetapi sebagai proses-proses yang nyata, sebagai fenomena yang sesungguhnya.

Marilah kita membahas lebih detail mengenai karakteristik unsur-unsur dalam meditasi jalan. Pada gerakan pertama, yaitu mengangkat kaki, para meditator merasakan ringan, dan ketika mereka merasakan ringan, pada dasarnya mereka merasakan unsur api. Salah satu aspek dari unsur api adalah membuat segala sesuatu menjadi lebih ringan, dan ketika menjadi lebih ringan, mereka akan bergerak naik atau membubung. Dalam merasakan keringanan pada gerakan kaki ke atas, para meditator merasakan sifat mendasar dari unsur api. Tetapi, dalam gerakan mengangkat kaki, selain rasa ringan juga terdapat gerakan.

Gerakan merupakan salah satu aspek dari unsur angin. Namun, rasa ringan atau unsur api lebih dominan, sehingga kita dapat mengatakan bahwa pada tahap mengangkat kaki, unsur api adalah yang utama, sedangkan unsur angin sekunder. Kedua unsur ini dirasakan oleh para meditator ketika mereka mengamati dengan seksama gerakan mengangkat kaki.

Tahap berikutnya adalah menggerakkan kaki ke depan. Dalam menggerakkan kaki ke depan, unsur yang dominan adalah unsur angin, karena gerak adalah salah satu karakteristik utama dari unsur angin. Jadi, ketika para meditator mengamati dengan seksama gerak kaki ke depan dalam meditasi jalan, mereka sebenarnya sedang merasakan sifat alami dari unsur angin.

Tahap selanjutnya adalah gerakan menurunkan kaki. Ketika meditator menurunkan kaki ke bawah, ada semacam rasa berat. Rasa berat tersebut merupakan karakteristik dari unsur air, serupa dengan menetes dan mengalir. Ketika cairan menjadi berat, maka ia akan mengalir. Dengan demikian, ketika meditator merasakan beratnya kaki, mereka sesungguhnya merasakan unsur air.

Ketika menekan kaki ke tanah, meditator akan merasakan keras atau lunak pada kaki yang menginjak tanah. Hal ini berkaitan dengan sifat alami unsur tanah. Dengan memperhatikan dengan seksama penekanan kaki ke tanah, meditator sebenarnya merasakan sifat alami unsur tanah.

Demikianlah kita menyaksikan bahwa hanya dalam satu langkah kaki, para meditator dapat merasakan begitu banyak proses. Mereka dapat merasakan keempat unsur dan sifat alami dari keempat unsur tersebut. Hanya mereka yang berlatih yang bisa berharap untuk melihat hal-hal ini.

Seiring para meditator terus berlatih meditasi jalan, mereka akan menyadari bahwa, bersama setiap gerakan, ada juga batin yang mengetahui, yakni kesadaran akan gerakan tersebut. Ada gerakan mengangkat dan juga ada batin yang mengetahui gerakan mengangkat tersebut. Pada momen berikutnya, ada gerakan maju dan juga ada batin yang mengetahui gerakan tersebut. Lebih jauh lagi, meditator akan menyadari bahwa baik gerakan maupun kesadaran tersebut muncul dan lenyap pada momen itu juga. Pada momen berikutnya, ada gerakan menurunkan kaki dan juga ada kesadaran akan gerakan tersebut, dan keduanya muncul dan lenyap pada momen menurunkan kaki ke tanah.

Proses yang sama terjadi pada saat menginjakkan kaki: ada gerakan menekan dan ada kesadaran akan gerakan menekan tersebut. Dengan cara ini para meditator akan memahami bahwa bersamaan dengan gerakan kaki, juga muncul momen-momen kesadaran. Momen-momen kesadaran itu, dalam bahasa Pāḷi, disebut nāma atau batin, dan gerakan kaki itu disebut rūpa atau jasmani.

Jadi, meditator akan melihat batin dan jasmani muncul dan lenyap pada setiap momen. Pada satu momen ada gerakan mengangkat kaki dan juga ada kesadaran akan gerakan tersebut, dan pada momen berikutnya ada gerakan maju dan juga ada kesadaran akan gerakan maju tersebut, dst. Keduanya dapat dilihat sebagai pasangan, batin dan jasmani, yang muncul dan lenyap pada setiap momen. Dengan demikian, para meditator memperoleh kemajuan dalam pemahaman akan kemunculan yang berpasangan dari batin dan jasmani pada setiap momen pengamatan, dengan catatan, para meditator mengamati dengan seksama.

Ketika para meditator memahami bersyaratnya semua gerakan, dan bahwa gerakan-gerakan itu tidak diciptakan oleh suatu kuasa atau suatu makhluk halus, maka mereka akan memahami bahwa gerakan-gerakan itu diciptakan oleh niat. Mereka akan memahami bahwa niat merupakan kondisi untuk terjadinya gerakan. Dengan demikian, hubungan antara yang mengkondisikan dan yang terkondisi, antara sebab dan akibat, akan dipahami. Atas dasar pemahaman ini, para meditator dapat menghilangkan keraguan tentang nāma dan rūpa dengan memahami bahwa nāma dan rūpa tidak akan muncul tanpa adanya kondisi-kondisi.

Dengan pemahaman yang jelas bahwa segala sesuatu itu bersyarat (bergantung pada kondisi-kondisi), dan dengan mengatasi keraguan akan nāma dan rūpa, seorang meditator dikatakan telah mencapai tahap "sotāpanna yang lebih rendah".

Diterjemahkan dari "The Benefits of Walking Meditation" oleh Sayādaw U Sīlānanda.