5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Anapanasati - Meditasi Samathā atau Vipassanā ? (Bagian 2)


Anapanasati - Meditasi Samathā atau Vipassanā ? (Bagian 2)

Katakanlah, jika kita menjadikan kasina merah sebagai objek dari meditasi kasina. Anda harus menggambar lingkaran merah seukuran piring di dinding atau pohon, sekitar dua kaki dari lantai sehingga mata Anda dapat melihatnya dengan mudah. Warna merah tersebut haruslah merah murni tanpa bercampur dengan warna lain. Ketika Anda memusatkan pikiran Anda pada lingkaran merah, Anda harus fokus pada seluruh lingkaran merah, bukan pada setengah atau seperempat lingkaran. Jadi, ini disebut kasina. Mengapa? Karena Anda ingin memusatkan pikiran Anda pada bentuk lingkaran. Anda tidak perlu mengetahui warna merah. Anda tidak perlu mengetahui teksturnya. Apa yang harus Anda lakukan adalah berkonsentrasi pada bentuk lingkaran dengan sangat baik dan dalam. Anda harus melihat seluruh lingkaran dan memusatkan pikiran Anda padanya.

Kemudian, ketika konsentrasi Anda sudah cukup baik, meskipun Anda memejamkan mata, Anda dapat melihat lingkaran merah itu di dalam pikiran Anda, itu adalah bentuk dari lingkaran tersebut. Anda berkonsentrasi pada lingkaran merah yang Anda lihat dalam pikiran Anda. Lingkaran yang Anda lihat di dalam batin Anda disebut patibhaga nimitta. Ini berarti nimitta yang mirip dengan lingkaran di dinding. Beberapa ahli menerjemahkannya sebagai "tanda pasangan".

Meditasi ini adalah meditasi samathā, jadi anda tidak perlu menyadari proses fisik atau materi dari lingkaran. Apa yang anda perlukan adalah memusatkan pikiran Anda pada seluruh lingkaran dan tercerap ke dalamnya. Itulah sebabnya mengapa Anda melihat lingkaran merah di dalam pikiran Anda ketika konsentrasi Anda cukup baik. Lingkaran merah adalah sebuah bentuk, hanya sebuah konsep. Bentuknya hanyalah konsep, bukan realitas tertinggi. Lingkaran yang Anda lihat di dalam pikiran Anda tidak mutlak realitas.  Itu hanya hal yang diciptakan oleh pikiran Anda; jadi itu hanya sebuah konsep. Dalam hal ini objek dari meditasi samathā adalah hanya konsep, bukan realitas tertinggi.

Ketika anda mempraktekkan buddhanussati, itu adalah perenungan akan sifat-sifat utama Buddha seperti araham, sammasambuddho, vijjacarana sampanno, sugato, lokavidu, anuttaro purisa damma sarathi, sattha deva manussanam, buddho, bhavaga. Di sini, objeknya adalah kenyataan, paramattha. Katakanlah, Anda merenungkan sifat, "araham". Ini berarti bahwa Buddha layak untuk dihormati karena beliau telah menghancurkan semua kekotoran batin. Untuk menghancurkan kekotoran-kekotoran batin ini, Beliau telah mencapai tahap keempat dari pencerahan, arahatta maggā dan sabbannuta, kemahatahuan. Anda harus berkonsentrasi pada kualitas-kualitas Buddha yang menghancurkan semua kekotoran batin. Kualitas-kualitas ini adalah pencerahan dan kemahatahuan; jadi mereka adalah kenyataan mutlak, bukan konsep. Jika Anda berulang-ulang berkonsentrasi pada sifat-sifat ini, setiap kali pikiran keluar, Anda membawanya kembali dan merenungkan sifat-sifat ini. Kemudian Anda secara bertahap menjadi terkonsentrasi. Dalam hal ini, realitas tertinggi, paramattha adalah objek dari meditasi samathā.

Akan tetapi, dalam meditasi vipassanā, setiap objek meditasi haruslah kenyataan yang sesungguhnya, realitas  tertinggi, paramattha. Dalam meditasi vipassanā tidak ada konsep yang dapat menjadi objek meditasi. Konsep tidak dapat menjadi objek meditasi vipassanā karena meditator vipassanā perlu menyadari karakteristik khusus dan karakteristik umum dari fenomena batin dan jasmani yang merupakan kenyataan yang sesungguhnya  Jadi, objeknya haruslah proses batin  atau jasmani  yang merupakan realitas tertinggi. Jika konsep-konsep adalah objek dari meditasi vipassanā, para meditator vipassanā tidak bisa menyadari karakteristik dari proses batin dan jasmani karena seseorang tidak dapat menemukan karakteristik yang sebenarnya dalam konsep. Konsep adalah buatan dari pikiran.

Katakanlah, nama anda adalah Pannananda. Meskipun Anda telah meninggal, jika saya menghafal nama Anda dalam pikiran saya sebagai Pannananda, maka nama itu ada di dalam pikiran saya. (Sebenarnya, Pannananda sudah meninggal.) Mengapa? Karena pikiran saya menghafalnya, menciptakannya menjadi ada. Ini berarti bahwa nama hanyalah sebuah konsep karena diciptakan, dihafal atau dibuat oleh pikiran. Jadi, setiap konsep bukanlah kenyataan. Mereka adalah hal-hal yang dibuat oleh pikiran. Jadi, mereka tidak memiliki karakteristik untuk dipahami.

Kemudian, jika lingkaran merah adalah objek meditasi, kita melihat bentuk lingkaran di dalam pikiran kita dan berkonsentrasi padanya. Secara bertahap pikiran kita menjadi semakin terkonsentrasi pada lingkaran merah yang kita lihat di dalam pikiran kita. Ketika pikiran benar-benar terserap dalam lingkaran itu, kita mengatakan bahwa kita telah mencapai jhana.  Lingkaran merah itu bukan kenyataan, tetapi dibuat oleh pikiran; jadi itu hanya sebuah konsep yang tidak punya karakteristik apa pun untuk diketahui. Meskipun anda memusatkan pikiran anda padanya selama, katakanlah, seratus tahun terus menerus, Anda tidak dapat mengetahui karakteristik apa pun; karena itu bukan kenyataan yang sesungguhnya , itu hal yang dibuat oleh pikiran, hanya sebuah konsep.


 (Bersambung, Bagian 3)

Lihat Bagian 1 di sini


Dikutip dari buku Talks And Questions & Answer on Miscellaneous Topics oleh Chanmyay Sayadaw