5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Seberapa Pentingnya Berlatih (3C)

Seberapa Pentingnya Berlatih (3C)

Seberapa Pentingnya Berlatih Meditasi Satipaṭṭhāna Vipassanā? (Bagian 3C)

13. Bagaimana seseorang berpikir sebelum menyadari pengetahuan akan batin dan jasmani?

Namun, sebelum menyadari pengetahuan ini, seseorang akan berpikir seperti orang biasa pada umumnya: "Saya berjalan karena saya ingin berjalan. Saya berdiri karena saya ingin berdiri. Saya duduk karena saya ingin duduk. Saya membungkuk karena saya ingin membungkuk. Saya meregang karena saya ingin meregang. Keinginan untuk berjalan adalah aku, berjalan juga adalah aku . Keinginan untuk berdiri adalah aku, berdiri juga adalah aku. Keinginan untuk duduk adalah aku, duduk juga adalah aku. Keinginan untuk membungkuk atau meregang adalah aku, membungkuk atau meregang juga adalah aku. Hanya ada satu individu."

14. Apa yang disadari oleh seorang yogi akibat mengamati secara terus-menerus semua tindakan jasmani yang muncul?

Seseorang berpikir bahwa "Saya ada secara permanen." Ketika seseorang merealisasikan pengetahuan pandangan terang ini karena terus-menerus mengamati semua tindakan-tindakan jasmani yang muncul, dengan mengamati niat batin untuk berjalan dan fenomena jasmani dari berjalan, maka ia akan mengetahui dengan jelas melalui pengalaman pribadinya bahwa fenomena-fenomena batin dan jasmani ini terus-menerus muncul dan lenyap satu saat ke satu saat.

15. Bagaimana hendaknya seseorang berlatih Cittānupassanā?

Ketika mengamati aktivitas jasmani seperti kembung-kempis perut, duduk, dan sebagainya, batin yang mengembara ke tempat lain dapat muncul. Yogi tidak dapat mencegah hal ini terjadi. Walaupun yogi bermeditasi setelah tiba di pusat meditasi, batinnya bisa mengembara ke mana pun yang diinginkannya, pergi ke rumah tetangganya dan bertemu dengan orang ini atau itu. Apabila batin yang mengembara ini muncul, yogi harus mencatat dan mengamatinya setiap kali itu muncul. Jika yogi merencanakan, maka ia harus mencatatnya sebagai "rencana." Jika batin ingin pergi, maka ia harus mencatatnya sebagai "pergi." Jika yogi menghayal bahwa ia telah tiba di suatu tempat, ia harus mencatatnya sebagai "tiba." Jika yogi menghayal bertemu dengan seseorang, ia harus mencatatnya sebagai "bertemu." Jika yogi menginginkan sesuatu, ia harus mencatatnya sebagai "ingin." Jika yogi marah, ia harus mencatatnya sebagai "marah."

16. Apa yang terjadi di awal latihan Cittānupassanā?

Yogi hanya perlu mencatat dan mengamati berdasarkan batin yang mengembara muncul. Mengamati dengan cara ini, yogi akan mengetahui dengan benar sifat alami dari aktivitas batin. Pada awal latihan, yogi mungkin tidak menyadari bahwa batin mengembara ke sana kemari. Yogi hanya akan mengetahuinya ketika banyak pikiran yang mengembara telah terjadi. Ketika mengetahui dengan cara ini, yogi harus mencatat dan mengamati pikiran-pikiran yang mengembara ini. Ketika mengamati, pikiran-pikiran tersebut tidak akan berlanjut dan akan segera berhenti. Pada saat itu, yogi harus kembali mengamati kembung kempisnya perut.

17. Apakah yang dimaksud dengan Cittānupassanā?

Ketika perhatian penuh dan konsentrasi telah berkembang kuat, pada saat mengamati kembung dan kempis, apabila batin yang mengembara muncul, yogi akan mampu mengetahuinya dengan cepat dan mengamatinya. Kemudian, ketika yogi mencatat batin dengan segera ketika batin akan melayang, batin yang mengembara itu tidak lagi melayang tetapi akan berhenti. Pada saat itu, yogi harus kembali mengamati kembung dan kempis secara terus-menerus. Mengamati aktivitas batin dengan cara ini setiap kali ia muncul disebut cittānupassanā, perhatian penuh terhadap batin. Oleh karena itu, kutipan berikut diberikan: "Seseorang harus mengetahui aktivitas batin dengan benar setiap kali aktivitas itu muncul."

18. Apa saja 16 jenis kesadaran itu?

Dalam teks Pali tentang Satipaṭṭhāna Sutta, Sang Buddha mengajarkan bahwa: "Pajānati - Seseorang mengetahui; sarāgaṁ vā cittaṁ - batin yang muncul dengan keinginan atau batin yang berhubungan dengan keinginan; sarāgaṁ cittanti - sebagai batin yang muncul bersama dengan keinginan." Sang Buddha mengajarkan untuk membedakan 16 jenis kesadaran. Seseorang juga harus mengetahui batin dengan keinginan. Seseorang juga harus mengetahui batin yang bebas dari keinginan. Seseorang juga harus mengetahui batin dengan kemarahan. Seseorang juga harus mengetahui batin yang bebas dari kemarahan. Seseorang juga harus mengetahui pikiran yang gelisah. Seseorang juga harus mengetahui pikiran yang bebas dari kegelisahan. Seseorang juga harus mengetahui pikiran yang memiliki kelambanan dan ketumpulan. Seseorang juga harus mengetahui batin yang gelisah. Seseorang juga harus mengetahui batin yang berhubungan dengan jhāna luhur (mahaggata). Seseorang juga harus mengetahui batin yang tidak berada dalam jhāna. (Metode untuk mengetahui kedua jenis kesadaran ini hanya untuk mereka yang telah mencapai jhāna). Seseorang juga harus mengetahui kesadaran yang lebih rendah yang disebut sa-uttara dan kesadaran yang lebih tinggi yang disebut anuttara. (Kedua jenis kesadaran ini juga hanya muncul pada orang-orang yang telah mencapai jhāna.) Seseorang juga harus mengetahui batin yang tenang dan batin yang bergolak. Seseorang juga harus mengetahui batin yang terbebas dari kekotoran batin selama meditasi dan batin yang tidak terbebas dari kekotoran batin ketika ia tidak sedang bermeditasi.

Karena keterbatasan waktu, saya akan menghentikan ceramah Dhamma sampai di sini. Sebelum mengakhiri ceramah Dhamma kali ini, marilah kita mengulang kembali tiga hal yang perlu diperhatikan dari YM. Mahasi Sayadaw yang telah disampaikan di awal ceramah.

1. Dhamma bukanlah sesuatu yang Anda terima hanya dengan mendengarkan saja, tetapi sesuatu yang harus Anda capai melalui latihan. Apabila Anda mempraktikkannya, Anda akan mengalaminya.

2. Mereka yang berlatih, setelah merealisasikan Dhamma bagi diri mereka sendiri, akan terbebas dari samsāra. Akan tetapi, bagi mereka yang tidak berlatih, Sang Buddha sendiri juga tidak bisa melakukan apa pun agar mereka dapat merealisasikan Dhamma dan terbebaskan.

3. Ketika mengamati aktivitas-aktivitas jasmani seperti kembung-kempisnya perut, duduk, dan sebagainya, batin yang mengembara ke tempat lain dapat muncul. Seseorang tidak dapat mencegah hal ini terjadi. "Seseorang harus mengetahui aktivitas batin dengan benar setiap kali aktivitas batin itu muncul."

Sādhu.... sādhu.... sādhu...


Diterjemahkan dari ceramah oleh Tharmanaykyaw Sayadaw, Seberapa Pentingnya Berlatih Meditasi Satipaṭṭhāna Vipassanā? (Bagian 3), 21 Februari 2021.