5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Berlatih Meditasi Jalan di Rumah

Berlatih di Rumah

...

Tetapi latihan (mencuci piring) itu tidak cukup bagi Munindra. Beliau juga mengetahui bahwa setiap hari, saya sering kali berjalan melalui lorong dari kamar tidur ke ruang tamu. Lorong itu panjangnya hanya sekitar sepuluh langkah, dan beliau berpikir lorong itu bisa menjadi tempat yang tepat untuk berlatih meditasi jalan. Sementara kami berdiri di ambang pintu kamar, Munindraji memberikan beberapa instruksi sederhana.
"Setiap kali Anda melangkah memasuki lorong ini, perhatikan apakah Anda dapat menggunakannya sebagai kesempatan untuk berkesadaran ketika sedang sekadar berjalan. 'Hanya sekadar berjalan saja.' Tidak memikirkan ibu Anda, atau tentang anak-anak .... hanya merasakan tubuh yang sedang berjalan. Mungkin akan membantu jika Anda mencatat dalam hati setiap kali melangkah. Dengan setiap langkah, dengan sangat pelan di dalam hati, Anda bisa mencatat, 'melangkah, melangkah, melangkah'. Hal ini akan membantu Anda menjaga perhatian Anda tetap terhubung pada niat Anda untuk 'berjalan'.
"Setiap kali melangkah memasuki lorong ini, perhatikan apakah Anda bisa menggunakannya sebagai kesempatan untuk berlatih kesadaran ketika berjalan. Hanya sekadar berjalan. Tidak memikirkan ibu, anak-anak.... hanya merasakan tubuh yang sedang berjalan."
Jika batin mengembara ke hal lain, segera setelah Anda menyadari bahwa batin mengembara, catatlah dalam hati,'mengembara'. Lakukan hal ini tanpa menghakimi, mencela, atau mengecam. Dengan ringan dan sederhana, kembalikan perhatian Anda pada langkah kaki Anda, dengan mencatat, 'melangkah, melangkah, melangkah'. Latihan di lorong ini akan menjadi latihan yang luar biasa bagi Anda. Hal ini juga akan bermanfaat bagi orang-orang di sekitar Anda karena Anda akan merasa lebih tenang."

Latihan itu tidak terasa seperti latihan spiritual, tetapi setiap hari ketika saya berjalan bolak-balik melalui lorong itu ketika menjalankan aktivitas sehari-hari, saya mendapati momen-momen dimana batin terasa jernih ⎯ tidak terburu-buru, tidak cemas, dan merasa nyaman dengan kehidupan di dalam sepuluh langkah yang begitu berharga itu.

Kalau saya mengingatnya kembali, di dalam hati, saya menganggap lorong itu dan bak cuci piring di dapur sebagai tempat yang sakral. Saya mengembangkan latihan kesadaran itu ke semua pekerjaan sehari-hari dalam rumah tangga kami, mencuci pakaian, menyetrika, membersihkan meja, dan pada dasarnya dalam semua aktivitas saya sepanjang hari.

Ini adalah latihan utama saya selama beberapa tahun karena saya tidak bisa duduk bermeditasi setiap pagi. Saya tidak bisa sering-sering mengikuti retret, dan seringkali tidak ada guru di dekat saya yang bisa membimbing. Ketika guru saya tidak berada di dekat saya, yang paling membantu saya adalah perhatian penuh itu sendiri. Orang-orang mengatakan, perhatian penuh itu bagaikan seorang pembimbing. Cukup masuk akal bahwa jika kita dapat mengalami apa yang sesungguhnya terjadi di dalam diri kita sendiri dan di sekitar kita dengan lebih jujur dan jernih, kita sudah memiliki seorang guru yang luar biasa mendampingi kita. Dan karena perhatian penuh terhadap apa pun yang sedang terjadi ini begitu mudah untuk dipraktikkan dan selalu tersedia kesempatan, hal ini sangatlah membantu dalam pelatihan batin saya.

...

Belakangan, ketika saya bisa mengikuti retret selama sebulan atau lebih, kekuatan yang dihasilkan dari berlatih di rumah selama bertahun-tahun itu benar-benar terbukti. Karena telah terbiasa menghadirkan kesadaran pada setiap aktivitas, apakah itu mengikat tali sepatu, membuka pintu, makan, atau duduk di atas bantal meditasi, menjadikan latihan meditasi saya menjadi nyaman dan mengalir selama retret panjang tersebut. Kontinuitas tanpa henti dari latihan kesadaran sepanjang hari menghasilkan konsentrasi yang kuat, yang sangat penting untuk membuka batin. Saya sangat bersyukur atas bimbingan Munindraji yang sederhana namun dampaknya begitu mendalam.


Dikutip dari In the Kitchen, Washing Dishes, oleh Kamala Masters

Lihat juga: