5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Tentang Blog Ini

Tentang Blog Ini


Sejak runtuhnya kerajaan Majapahit tahun 1404, awal kebangkitan agama Buddha ditandai ketika pertama kalinya diselenggarakan peringatan hari Trisuci Waisak (2500 BE) pada tanggal 22 Mei 1953 yang dikenal sebagai Perayaan Buddha Jayanti, yang diprakarsai oleh seorang anagarika bernama Tee Boan An (kelak menjadi YM. Ashin Jinarakkhita) sebagai Ketua Gabungan Sam Kauw Indonesia sekaligus Wakil Ketua Pengurus Pusat Pemuda Theosofi Indonesia. Beliau mengorganisasi Peringatan Trisuci Waisak secara nasional di Candi Agung Borobudur setelah agama Buddha tertidur di bumi Indonesia selama 550 tahun.

Setelah perayaan tersebut, pada tanggal 29 Juli 1953, beliau ditahbiskan dalam tradisi Mahayana sebagai samanera dengan nama Thi Cen, dibawah bimbingan YM. Maha Bhiksu Pe Ching di Jakarta, dan atas anjuran gurunya, beliau berangkat ke Burma awal tahun 1954 untuk mempelajari agama Buddha lebih mandalam. Di sana beliau berlatih vipassana di Pusat Meditasi Mahasi Sasana Yeiktha, Rangoon. 

YM. Ashin Jinarakkhita

Kemajuannya yang pesat dalam berlatih dalam waktu kurang dari satu bulan, menarik perhatian YM. Mahasi Sayadaw. Dengan disaksikan beberapa Bhikkhu dari berbagai negara, beliau menerima penahbisan penuh sebagai Bhikkhu di awal April 1954 dengan nama YM. Ashin Jinarakkhita dan berlatih di bawah bimbingan langsung YM. Mahasi Sayadaw.

Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1956, YM. Ashin Jinarakkhita mengajar Dhamma tanpa kenal lelah dan membimbing latihan vipassana di seluruh Indonesia. Kemudian, pada tahun 1959, beliau mengundang para bhikkhu dari manca negara diantaranya YM. Mahasi Sayadaw, YM. Narada Mahathera, YM. Piyadassi Mahathera datang ke Indonesia untuk melakukan penahbisan para samanera, diantaranya Samanera Jinapiya (YM. eks Bhikkhu Jinapiya / I Ketut Tangkas), Samanera Jinagiri (YM. Bhikkhu Girirakkhito), dan Samanera Jinaratana (Pandit J. Kaharuddin). Penahbisan dilakukan di daerah Kasap, sebuah tempat terpencil di Watugong, Semarang. Kemudian, rombongan para Bhikkhu menuju Bali untuk menahbiskan para samanera menjadi Bhikkhu penuh di Pura Besakih. 

Pura Besakih, 1959
 
YM. Ashin Jinarakkhita adalah putra Indonesia pertama yang ditahbiskan menjadi seorang bhikkhu, Dedikasi dan sumbangsih beliau sangat luar biasa sebagai penerus sasana di bumi pertiwi dengan mengajar vipassana sejak beliau kembali dari Rangoon pada tahun 1956. Bp. Ida Bagus Giri (kelak menjadi YM.Bhikkhu Girirakkhito dan Bp. I Ketut Tangkas (kelak menjadi YM. Bhikkhu Thitaketuko) berlatih di bawah bimbingannya. Beliau wafat pada tanggal 18 April 2002 di Jakarta.

Pada bulan Desember 1988, I Ketut Tangkas ditahbiskan sebagai Bhikkhu di Wat Bovoranives, Bangkok dengan nama YM. Thitaketuko, kemudian berlatih di Panditarama Centre, Yangon dengan guru pembimbing YM. Ashin U Panditabhivamsa, beliau berlatih beberapa tahun di sana, dan pada Desember 1992, beliau kembali ke Indonesia dan mulai mengajar. 

Dengan Sayadaw U Pandita

Beliau mengajar tanpa kenal lelah di berbagai kota, memperkenalkan bagaimana cara berlatih vipassana yang dikenal sebagai meditasi pandangan terang atau meditasi dengan mengembangkan kesadaran. Beliau menjelaskan dengan memakai bahasa yang sederhana, banyak umat Buddha maupun simpatisan dari umat agama lain berlatih di bawah bimbingannya. Kesabaran, kepiawaian, dan kebijaksanaan terlihat saat beliau melakukan wawancara agar para yogi mendapat kemajuan untuk mencapai pandangan terang dan dapat merealisasi magga dan phala. Beliau wafat pada tanggal 25 Juli 2011 di Denpasar, Bali.

Di Vihara Watugong, Semarang

Blog ini dicetuskan oleh para murid beliau, untuk menjaga warisan Dhamma yang mulia terutama yang berkaitan dengan meditasi Satipatthana Vipassana. Kami berharap semua informasi tentang meditasi vipassana akan dapat diakses oleh para pencari Dhamma yang bertujuan untuk berlatih vipassana hingga merealisasi nibbana maupun dengan tujuan menambah wawasan Dhamma. Semoga cetana baik kami akan bermanfaat bagi siapa pun, Semoga kita semua dapat merealisasi magga, phala, dan nibbana, serta semoga sasana dapat bertahan lama di bumi, sadhu…sadhu…sadhu…