5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Tentang Bhikkhu Thitaketuko

Tentang Bhikkhu Thitaketuko

Bhante Thitaketuko lahir tahun 1923, dengan nama kecil I Ketut Tangkas, beliau terlahir sebagai anak ke 7 dari 8 bersaudara. Ayahnya bernama I Ketut Cetug dan ibunya bernama Ni Luh Ketut Embung. Sejak masih kanak2 beliau terkenal sebagai pribadi yang pendiam tapi pemberani.
Beliau senang mempelajari sesuatu yang bersifat filosofi, maka ketika menjadi mahasiswa, beliau terlibat dalam perkumpulan theosofi bersama kawan2 sesama mahasiswa ketika itu.

Awal perkenalan beliau dengan agama Buddha adalah ketika kedatangan YM Bhikkhu Narada Mahathera. Karena mendengar ceramah Dhamma dari YM Bhante Narada tentang tiga corak umum kehidupan yang disebut Tilakhana (anicca, dukkha dan anatta), beliau memutuskan untuk berlatih meditasi vipassana di vihara Buddha Gaya Watugong, Semarang.

Pada tanggal 21 Mei 1959, I Ketut Tangkas ditahbiskan menjadi Samanera Jinapiya, di “International Sima” di Kassap, Semarang dan kemudian, tepat pada tanggal 3 Juni 1959 di Pura Besakih, Samanera Jinapiya ditahbiskan menjadi bhikkhu oleh YM Bhante. Narada Mahathera serta dihadiri oleh Bhikkhu senior lainnya dari berbagai negara diantaranya YM Agga Maha Pandita Mahasi Sayadaw dari Burma, YM Piyadasi Mahathera dari Srilangka, dll.

Pada tanggal 12 Pebruari 1976, beliau kembali menjadi umat biasa. Tanggal 26 Juli 1988 ditahbiskan kembali di Wat Bovoranives, Bangkok oleh YM Somdet Nyanasamvara dan diberi nama Thitaketuko.

Setelah beliau ditahbiskan sebagai Bhikkhu Thitaketuko, beliau pernah belajar di Thailand, Malaysia, Srilangka dan Burma. Ketika di Burma, beliau berlatih meditasi vipassana di bawah bimbingan YM Sayadaw U Panditabhivamsa. Beliau terkenal sebagai murid yang disiplin, keras, dan tekun dalam berlatih.

Pada bulan Desember 1992, beliau kembali ke tanah air, dan mengajar meditasi vipassana di Jakarta, beberapa kota di pulau Jawa, dan Bali. Banyak murid-murid berasal dari manca negara seperti: Australia, Prancis, Irlandia, dll ikut berlatih di bawah bimbingan beliau.
Beliau adalah sosok seorang guru yang sabar, lembut, dan tidak mengenal lelah dalam memberikan bimbingan kepada murid-muridnya.

Tepat pada tanggal 22 Desember 2002, beliau terserang stroke di Vihara Dhammacakkha Jaya, Sunter Jakarta, beliau memperoleh perawatan hampir 9 tahun dan pada tanggal 25 Juli 2011, pada pk. 05.20 wita, beliau meninggalkan kita untuk selama-lamanya.
Kita telah kehilangan seorang guru besar yang arif dan bijaksana, semoga kebajikan dan pengabdian beliau kepada Buddha Sasana menjadi suri tauladan bagi kita semua sadhu..sadhu..sadhu..