5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Seberapa Pentingnya Berlatih (3A)

Seberapa Pentingnya Berlatih (3A)

Seberapa Pentingnya Berlatih Meditasi Satipaṭṭhāna Vipassanā? (Bagian 3)

Sebagai kelanjutan dari Ceramah Dhamma terakhir pada tanggal 24 Januari 2021, hari ini tanggal 21 Februari 2021, saya akan melanjutkan menerangkan pentingnya berlatih meditasi Satipaṭṭhāna Vipassanā, berdasarkan tulisan YM. Mahasi Sayadaw.

Pada kesempatan ini saya juga ingin berbagi tiga hal lagi yang patut diperhatikan dari YM. Mahasi Sayadaw yang menurut saya akan bermanfaat bagi latihan anda:

1. Dhamma bukanlah sesuatu yang Anda terima hanya dengan mendengarkan saja, tetapi sesuatu yang harus Anda capai melalui latihan. Jika anda mempraktikkannya, Anda dapat mengalaminya.

2. Mereka yang mempraktikkannya, setelah merealisasikan Dhamma bagi dirinya sendiri, akan terbebas dari samsāra. Akan tetapi, bagi mereka yang tidak berlatih, Sang Buddha sendiri tidak bisa melakukan apa-apa agar mereka dapat merealisasikan Dhamma dan terbebaskan.

3. Ketika mengamati aktivitas-aktivitas jasmani seperti kembung-kempisnya perut, duduk, dan sebagainya, batin yang mengembara ke tempat lain dapat muncul. Seseorang tidak dapat mencegah hal ini terjadi. "Seseorang harus mengetahui aktivitas batin dengan benar setiap kali aktivitas batin itu muncul."

 1. Apa arti dari Sandiṭṭhiko?

"Sandiṭṭhiko adalah Dhamma yang benar-benar dapat dialami sendiri."

Seseorang dapat mengalami Dhamma jika ia mempraktikkannya. Anda terinspirasi untuk mempraktikkan Dhamma bukan karena Sang Buddha mengajarkannya, tetapi karena Anda sendiri dapat mengalaminya. Sebagai contoh, setiap orang dapat mengetahui rasa dari garam atau gula berdasarkan pengalaman dengan menggunakan lidah untuk mencicipinya. Dengan cara yang sama, setiap orang dapat mengalami sendiri Dhamma apabila mereka mempraktikkannya. Dhamma tidak pernah menunjukkan sikap pilih kasih terhadap siapa pun.

 2. Bagaimana Anda dapat mengalami Dhamma?

Anda dapat mengalami Dhamma hanya jika Anda mempraktikkannya dengan hati-hati dan secara sistematis. Ada beberapa yogi yang memiliki pengetahuan kitab suci mempraktikkan Dhamma dengan santai dan sembarangan. Sehingga mereka hanya memperoleh sedikit atau bahkan tidak mendapatkan kemajuan dalam latihan. Ada juga yogi yang tidak memiliki pengetahuan kitab suci, tetapi mereka mendapatkan kemajuan yang luar biasa dengan mengikuti instruksi yang diberikan oleh guru dengan sungguh-sungguh.  Jadi, Anda mungkin bertanya-tanya mengapa yogi yang tidak memiliki pengetahuan kitab suci bisa mendapatkan kemajuan, sedangkan yogi yang memiliki pengetahuan kitab suci tidak.

Misalnya, Anda jatuh sakit, dan dokter meresepkan obat bagi Anda. Kemudian Anda harus meminum obat sesuai resep sehingga Anda dapat sembuh dari penyakit itu, jika tidak, Anda tidak akan sembuh. Dengan cara yang sama, Anda dapat mengalami Dhamma hanya ketika Anda mempraktikkannya. Dhamma bukanlah sesuatu yang Anda terima hanya dengan mendengarkan saja, tetapi sesuatu yang harus Anda capai melalui latihan. Jika Anda mempraktikkannya, Anda dapat mengalaminya.

3. Kapankah Anda akan memahami fenomena batin dan jasmani yang tidak pernah Anda sadari sebelumnya?

Latihan perhatian penuh membuktikan bahwa fakta ini benar adanya. Ketika Anda mengembangkan perhatian penuh secara berkesinambungan, Anda akan melihat fenomena batin dan jasmani yang tidak pernah Anda sadari sebelumnya. Anda akan menemukan dari pengalaman Anda sendiri bahwa hanya ada dua macam fenomena: batin dan jasmani. Selanjutnya, setiap kali Anda menyadari keduanya secara bersamaan, Anda juga akan melihat keduanya muncul dan lenyap. Jika Anda tidak melihat hal ini, berarti Anda tidak berlatih dengan benar. Apabila Anda berlatih dengan benar, Anda pasti akan melihatnya. Dhamma dijunjung tinggi sebagai sesuatu yang dapat dibuktikan melalui pengalaman (sandiṭṭhiko) dengan menjalankan praktik yang benar.

4. Apa perbedaan ajaran Buddha dengan ajaran-ajaran lain?

Beberapa ajaran mengharuskan Anda untuk percaya pada Tuhan secara membuta. Beberapa di antaranya bahkan mengancam.  Mereka dapat mengajarkan Anda,"Percayalah pada Tuhan atau masuk neraka." Jadi Anda tidak berani untuk  meragukannya karena Anda benar-benar takut masuk neraka. Ajaran Buddha tidak seperti itu. Sang Buddha hanya mengatakan bahwa jika Anda mempraktikkan Dhamma, Anda akan mengalaminya; Anda sendiri yang akan melihat apakah itu benar atau salah, baik atau buruk, bermanfaat atau tidak. Betapa adil dan terbuka Dhamma itu! Dhamma ini mencakup magga, phala, dan nibbāna, yang telah dicapai oleh orang-orang mulia seperti Sang Buddha, para Arahanta, dan semua orang yang telah tercerahkan.

 5. Bagaimana Dhamma tumbuh dalam diri seseorang yang mempraktikkannya?

Dhamma (magga, phala, nibbāna) tumbuh dalam diri setiap orang yang mempraktikkannya. Dhamma bukanlah sesuatu yang dihafalkan, disimpan pada rak buku, atau diabadikan dalam pagoda yang megah, melainkan sesuatu yang tumbuh dalam diri Anda ketika Anda mempraktikkannya, bukan sebaliknya. Kitab-kitab di rak buku adalah catatan atau pustaka dari ajaran. Kitab-kitab tersebut memberikan panduan tentang bagaimana cara berlatih. Jika Anda mempraktikkan kebajikan (sīla), maka kebajikan akan tumbuh dalam diri Anda. Jika Anda berlatih konsentrasi, maka konsentrasi akan tumbuh dalam diri Anda. Jika Anda mengembangkan perhatian penuh, maka pandangan terang vipassanā akan tumbuh dalam diri Anda.

Merupakan sesuatu yang sangat menginspirasi untuk mengingat kembali kualitas Dhamma ini. Anda akan merasa gembira dan bersukacita jika Anda merenungkannya, "Berkat pāramī yang telah saya kumpulkan di kehidupan-kehidupan lampau, sekarang saya memiliki kesempatan emas untuk mempraktikkan Dhamma."

6. Bagaimana kualitas dari sandiṭṭhiko - Dhamma yang pasti dapat dialami sendiri melalui praktik - dapatkah terwujud dengan jelas?

Sang Buddha mengajarkan bahwa Dhamma beliau dipenuhi oleh kualitas sandiṭṭhika. Sandiṭṭhiko berarti Dhamma mulia yang pasti dapat direalisasikan bagi diri sendiri melalui latihan. Kami mengajarkan Dhamma ini yang dapat dialami dan dipahami sendiri jika seseorang mempraktikkannya. Apa yang kami ajarkan hanyalah metode latihannya. Orang-orang yang memiliki keyakinan pada Dhamma ini dan mempraktikkannya akan mengalami dan merealisasi dengan pengetahuan pribadi mereka sendiri, bahwa hanya ada fenomena batin dan jasmani dan hanya ada Dhamma tentang ketidak-kekalan, penderitaan, dan tanpa-diri. Dengan mengetahui  cara ini, kualitas dari sandiṭṭhiko - Dhamma yang dapat dialami secara pasti oleh diri sendiri melalui praktik - dengan jelas terwujud.

Sandiṭṭhiko - Dhamma mulia yang dapat dialami secara pasti oleh diri sendiri melalui praktik.

(bersambung - Seberapa Pentingnya Berlatih (3B))