5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Seberapa Pentingnya Berlatih (2A)

Seberapa Pentingnya Berlatih 2a

Seberapa Pentingnya Berlatih Meditasi Satipaṭṭhāna Vipassanā? (2A)

Sebagai kelanjutan dari Ceramah Dhamma terakhir pada tanggal 20 Desember 2020, hari ini tanggal 24 Januari 2021, saya akan melanjutkan untuk menerangkan pentingnya latihan meditasi satipaṭṭhāna vipassanā, berdasarkan tulisan dari YM. Mahasi Sayadaw.

Pada kesempatan ini, saya juga ingin berbagi tiga hal lain dari YM. Mahasi Sayadaw yang sangat penting untuk diperhatikan, yang saya pikir akan bermanfaat bagi latihan anda:

1. Katakanlah seseorang telah berlatih meditasi. Namun, apabila ia tidak mampu melepaskan ketidakbahagiaan dan kekecewaan batin setelah mencatat dan mengamatinya, maka latihan meditasi orang tersebut belumlah matang. Kita harus menggarisbawahi bahwa dalam diri orang ini, kekuatan ketahanan Dhamma-nya belumlah sempurna.

2. Apabila seseorang dapat bertahan ketika menghadapi sebab-sebab dan berbagai bahaya yang bertentangan, kendati menghadapi objek-objek yang membangkitkan nafsu, jika nafsu jelas-jelas tidak muncul; meskipun menghadapi objek-objek yang membangkitkan kebencian, jika kebencian jelas-jelas tidak muncul; meskipun menghadapi objek-objek yang membangkitkan kesedihan, jika kesedihan jelas-jelas tidak muncul, maka kita dapat memuji orang ini sebagai orang yang mempunyai kemampuan untuk bersabar/bertahan.

3. Seseorang tidak perlu mengucapkan "kembung, kempis" dengan lantang secara lisan. Ia hanya perlu mengamati dan mengetahui secara mental. Mengucapkan label-label tersebut bukanlah hal yang utama. Hal yang utama adalah mengetahui sifat alamiah dari apa yang sebenarnya muncul.

Apakah arti dari opaneyyiko yang merupakan salah satu sifat dari enam sifat Dhamma?

Opaneyyiko adalah Dhamma yang patut untuk dilatih sehingga menjadi kokoh dalam tubuh dan batin seseorang. Seseorang hendaknya memakan, menyuntikkan, dan menggunakan obat-obatan yang dapat menyembuhkan penyakit, serta obat-obatan dan nutrisi yang dapat meningkatkan kekuatan sedemikian rupa sehingga semuanya masuk ke dalam tubuh. Setelah masuk ke dalam tubuh melalui makan, suntikan, dan menggunakan dengan cara ini, jika obat-obatan dan nutrisi tersebut menyebar, orang itu akan menjadi sehat. Kekuatannya akan meningkat.

Dengan cara yang sama, Dhamma juga bersifat opaneyyiko - Dhamma yang patut untuk dilatih sehingga menjadi kokoh dalam tubuh dan batin seseorang. Apabila seseorang mempraktikkan Dhamma sehingga menjadi kokoh di dalam dirinya, maka akan tumbuh kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi situasi yang baik maupun yang buruk. Penyakit kekotoran batin akan lenyap. Mengapa demikian? Ketika seseorang menghadapi objek-objek yang dapat membangkitkan kekotoran batin, ia dapat menyingkirkannya setelah mencatat dan mengamatinya.

Jika seseorang mencatat dan mengamati dengan cara ini, apakah itu objek-objek yang baik maupun objek-objek yang buruk, maka ia hanya akan melihat objek-objek itu menghilang secara samar-samar. Dan karena itu, nafsu keinginan (taṇha) tidak muncul. Kemarahan (dosa) juga tidak muncul. Ketika ada nafsu keinginan dan kemarahan muncul, jika seseorang memusatkan perhatian dan mengamatinya, maka keduanya akan lenyap dengan segera. Kelenyapan ini akan sangat jelas terlihat ketika ada ketidakbahagiaan di dalam batin.

Katakanlah seseorang telah berlatih meditasi. Akan tetapi, apabila ia tidak mampu menyingkirkan ketidakbahagiaan dan kekecewaan batin setelah mencatat dan mengamatinya, maka latihan meditasi orang tersebut belumlah matang. Kita harus menggarisbawahi bahwa dalam diri orang ini, kekuatan ketahanan Dhamma-nya belumlah sempurna.

Kapan kemampuan seseorang terlihat jelas?

"Āpadāsu thāmo veditabbo."
Āpadāsu - Pada saat ada bahaya yang mengancam;
thāmo - kekuatan keberanian seseorang;
veditabbo- diketahui, ditentukan.
Sebelum ada bukti, walaupun orang-orang memuji bahwa seseorang memiliki kualitas ini dan itu, serta memiliki kekuatan keberanian, kita belum bisa mengetahuinya dengan pasti. Hanya ketika orang tersebut mampu bertahan ketika menghadapi berbagai kondisi yang bertentangan, barulah kita dapat memastikan kualitas-kualitas tersebut.

Di dunia ini, ketika tidak ada bahaya yang mengancam, meskipun orang-orang mengatakan bahwa seseorang itu memiliki keberanian, hal itu belumlah dapat dipastikan. Ketika benar-benar menghadapi bahaya, jika orang tersebut harus menyerang dan bertahan dalam persaingan untuk menaklukkan yang lainnya, jika dia sanggup bertarung dengan penuh keberanian dan kekuatan hati tanpa disertai rasa takut, maka barulah kita dapat meyakini dengan pasti bahwa orang tersebut memang memiliki kekuatan keberanian.

Dengan cara yang sama, dalam Dhamma, walaupun orang-orang mungkin mengatakan bahwa karena berlatih meditasi, seseorang dipenuhi Dhamma dan maju di dalam Dhamma, hal ini belumlah dapat dipastikan jika orang tersebut belum menghadapi sebab-sebab yang berlawanan. Kita tidak dapat menentukan apakah hal itu pasti atau tidak.

Jika seseorang dapat bertahan ketika menghadapi sebab-sebab yang bertentangan dan bahaya yang mengancam, walaupun menghadapi objek-objek yang membangkitkan nafsu, jika nafsu jelas-jelas tidak muncul; walaupun menghadapi objek-objek yang membangkitkan kebencian, jika kebencian jelas-jelas tidak muncul; walaupun menghadapi objek-objek yang membangkitkan kesedihan, jika kesedihan jelas-jelas tidak muncul, maka kita dapat memuji orang ini sebagai orang yang mempunyai kekuatan untuk bertahan.

Siapa yang sanggup bertahan menghadapi ancaman bahaya di keenam pintu indra dengan lemah dan siapa yang sanggup bertahan menghadapi ancaman bahaya di keenam pintu indra dengan kokoh?

Jika Dhamma berkembang dengan lemah dalam diri seseorang, maka ia hanya mampu bertahan dengan lemah. Jika Dhamma berkembang dengan kuat, maka ia akan mampu bertahan dengan kuat. Jika seseorang telah merealisasikan semua Dhamma, maka ia akan memiliki kemampuan untuk bertahan dari semua bahaya pada enam pintu indra, tidak peduli dari mana pun bahaya itu datang. Itulah sebabnya, hal ini disebut opaneyyiko - Dhamma yang patut untuk dipraktikkan sehingga terbentuk dengan kokoh di dalam tubuh dan batin seseorang.

Bagaimana seharusnya Dhamma ditanamkan di dalam tubuh dan batin seseorang?

Sang Buddha juga menginstruksikan: "Dalam keadaan atau sikap tubuh apa pun tubuh ini diposisikan, seseorang mengetahui tubuh yang diposisikan ini berdasarkan keadaan tertentu tersebut." Berdasarkan hal ini, ketika tubuh diposisikan dalam keadaan berjalan, seseorang harus mengamati tubuh melalui pengamatan akan keadaan berjalan itu. Jika tubuh diposisikan dalam keadaan berdiri, keadaan duduk, keadaan berbaring, maka seseorang harus mengamati tubuh melalui pengamatan akan keadaan -keadaan tersebut. Ini belum semuanya.
"Dalam keadaan apa pun, berdasarkan keadaan tertentu itu," kata-kata ini dengan jelas menunjukkan semua keadaan ketika tubuh diposisikan dalam sikap tubuh tertentu. Oleh karena itu, jelaslah bahwa instruksinya adalah untuk mengamati keadaan-keadaan tubuh melalui pengamatan akan keadaan dari menundukkan kepala ketika dalam keadaan duduk, dari keadaan mengangkat kepala ketika dalam keadaan duduk, dari keadaan perut yang bergerak ketika dalam keadaan duduk, dan sebagainya.



 
Diterjemahkan dari ceramah Tharmanaykyaw Sayadaw, Seberapa Pentingnya Berlatih Meditasi Satipaṭṭhāna Vipassanā? (Bagian 2), 24 Januari 2021.