5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Seberapa Pentingnya Berlatih (1C)

Pentingnya Berlatih 1c

Seberapa Pentingnya Berlatih Meditasi Satipaṭṭhāna Vipassanā? (1C)

Mengapa kita harus secepatnya membasmi sakkāyadiṭṭhi?

Oleh karena itu, hal yang paling penting adalah membasmi sakkāyadiṭṭhi. Sang Buddha mengajarkan: "Orang yang melihat bahaya dari lingkaran kelahiran kembali (samsārā) dan ingin berlatih agar terbebas darinya, dengan berperhatian penuh, harus secepatnya berjuang untuk membasmi pandangan salah tentang diri, sakkāyadiṭṭhi."

Seseorang yang tertusuk tombak tidak semestinya bertindak lambat dan menunda-nunda. Ia harus berusaha untuk mencabut tombak itu secepat mungkin dan mengobati lukanya. Seseorang yang kepalanya terbakar harus mengerahkan upaya untuk segera memadamkannya. Demikian pula, dalam membasmi sakkāyadiṭṭhi, seseorang harus segera berusaha untuk secepatnya memadamkannya. Mengapa demikian? Karena seseorang tidak tahu pasti berapa lama ia akan hidup, atau pada hari apa dan jam berapa ia akan meninggal. Sebelum ia meninggal, selagi masih ada waktu, ia dapat membasmi pandangan salah ini.

Mengapa kita harus berlatih meditasi vipassanā pada hari ini juga?

Dengan usaha kuat (sammappadhanam) yang dapat mengeringkan dan memadamkan kekotoran-kekotoran batin, seseorang harus berlatih meditasi vipassanā pada hari ini juga, tanpa menundanya sampai besok atau lusa. Mengapa? Siapakah yang tahu pasti jika mereka akan meninggal besok? Ada banyak hal yang dapat menyebabkan kematian, seperti penyakit, racun, senjata, dan sebagainya. Kita tidak dapat membuat perjanjian dengan raja kematian, maupun menawarkan suap kepadanya, atau mengumpulkan pasukan untuk melawannya. Tidak seorang pun dapat mengetahui dengan pasti apakah mereka akan meninggal besok. Oleh karena itu, tanpa menunda sampai besok atau lusa, kita harus berlatih meditasi vipassanā sekarang, pada hari ini juga.

Bagaimana seharusnya seseorang berlatih meditasi vipassanā dengan jhāna sebagai landasan?

Bagi orang yang telah mencapai jhāna, dia dapat berlatih meditasi vipassanā dengan jhāna sebagai landasan. Metodenya adalah: segera setelah keluar dari jhāna, dia mengamati satu dari keadaan mental jhāna seperti vitakka, dll. Dengan cara ini, dia berlatih samatha dan kemudian berlatih vipassanā; dia berlatih samatha dan vipassanā sebagai pasangan.

Metode lainnya adalah: ketika keluar dari jhāna, dan setelah mengamati jhāna tersebut, dia mengamati objek apa pun yang muncul seperti melihat, mendengar, dan lainnya. Mengamati objek apa pun yang muncul adalah pengamatan pakiṇṇakasankhāra, fenomena umum yang terkondisi.

Untuk menjelaskan secara terperinci, bagi orang yang telah mencapai jhāna, segera setelah dia keluar dari jhāna tersebut, ia harus beralih mengamati keadaan-keadaan mental jhāna. Walaupun disebut keadaan-keadaan mental jhāna, namun ini bukan hanya mengamati satu kesadaran saja. Jika keadaan-keadaan mental yang terkait seperti vitakka, vicāra, dan lainnya menonjol, maka dia harus mengamati vitakka, vicāra, dan seterusnya itu juga. Setelah itu, dia harus mengamati sentuhan, pendengaran, penglihatan, dll. yang muncul dan terlihat jelas. Dengan cara ini, mengamati objek apa pun yang muncul adalah mengamati pakiṇṇakasankhāra, fenomena umum yang terkondisi.

Bagaimana metode latihan meditasi vipassanā bagi orang-orang yang tidak mencapai jhāna?

Bagi orang-orang yang tidak mencapai jhāna, Visuddhimagga menerangkan metode pengamatan yang dimulai dengan empat unsur utama. Sattipaṭṭhāna Sutta menerangkan bagaimana mengamati gerakan tubuh. ("Gacchanto vā gacchāmītti pajānāti") Ini adalah pengamatan terhadap unsur angin yang terlihat jelas ketika berjalan. Ketika orang berjalan, unsur angin harus muncul. Ketika berdiri, unsur angin juga harus muncul. Ketika duduk, juga harus muncul. Ketika berbaring, juga harus muncul. Di antara keempat postur tersebut, seseorang berdiam dalam salah satu dari postur tersebut pada suatu waktu. Oleh karena itu, Sang Buddha menginstruksikan bahwa seseorang harus mengamati fenomena fisik yang terlihat jelas melalui empat postur (iriyāpatha).

“Puna caparaṁ bhikkhave bhikkhū gacchanto vā gacchāmītti pajānāti.”
Yang artinya: "Para bhikkhu, cara lain untuk mengamati adalah, ketika sedang berjalan atau pada saat berjalan, seseorang mengetahuinya sebagai berjalan."
Seseorang harus mengamatinya sebagai "berjalan" ketika ia berjalan.
Ketika sedang berdiri, seseorang harus mengamatinya sebagai "berdiri."
Ketika sedang duduk, seseorang harus mengamatinya sebagai "duduk."
Ketika sedang berbaring, seseorang harus mengamatinya sebagai "berbaring."


Saya akan menghentikan ceramah Dhamma sampai di sini, sebelum kita menutup ceramah Dhamma kali ini, marilah kita mengulang kembali tiga hal yang patut dicatat dari YM. Mahasi Sayadaw yang telah disampaikan di awal.

1. Tidak seorang pun dapat mengetahui dengan pasti apakah mereka akan meninggal besok. Oleh karena itu, tanpa menunda sampai besok atau lusa, kita seharusnya berlatih meditasi vipassanā hari ini, pada hari ini juga.

2. Yang terpenting adalah penuh perhatian terhadap sifat sejati (fenomena batin dan jasmani) apa pun yang muncul.

3. Tidak ada jeda atau terputusnya perhatian penuh. Perhatian penuh harus dipelihara terus-menerus.

Sādhu.... sādhu.... sādhu....


Diterjemahkan dari ceramah oleh Tharmanaykyaw Sayadaw, Seberapa Pentingnya Berlatih Meditasi Satipaṭṭhāna Vipassanā? (Bagian 1)