5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Seberapa Pentingnya Berlatih (1B)

Pentingnya Berlatih 1b

Seberapa Pentingnya Berlatih Meditasi Satipaṭṭhāna Vipassanā? (1B)

Bagaimana kemelekatan terhadap diri muncul pada saat melihat?

Mata beserta seluruh jasmani dianggap sebagai "Aku". Kesadaran melihat juga dianggap sebagai "Aku". "Aku melihat, melihat adalah aku." Ketika melihat tangan sendiri, seseorang berpikir "Aku melihat diriku sendiri." Objek yang dilihat juga adalah diri sendiri. Mata, kesadaran melihat, dan objek yang dilihat, ketiganya dianggap sebagai "Aku". Ini adalah sakkāyadiṭṭhi.
Ketika melihat orang lain, seseorang berpikir bahwa ia melihat seseorang, seorang wanita, seorang pria, dan sebagainya, sesosok diri atau makhluk hidup. Ini juga merupakan sakkāyadiṭṭhi. Dimulai dari kesadaran melihat, semua kesadaran lainnya beserta seluruh jasmani, dilekati sebagai diri. Mata, objek yang terlihat, kesadaran yang melihat, ketiganya bersama-sama dianggap sebagai diri atau sesosok makhluk.

Bagaimana kita dapat terbebas dari pandangan salah tentang diri?

Sulit untuk terbebas dari kemelekatan terhadap diri ini, sakkāyadiṭṭhi. Kemelekatan ini ada pada orang biasa. Untuk orang-orang yang telah mempelajari Abhidhamma, kemelekatan terhadap diri ini dapat dikatakan agak berkurang. Namun, mereka belum sepenuhnya terbebas darinya.

Seseorang tidak dapat terbebas dari kemelekatan terhadap diri hanya melalui pengetahuan buku (sutamayañana). Hanya pengetahuan melalui pengalaman (bhāvanāmayañana) yang secara terus menerus mencatat dan mengetahui setiap proses melihat, mendengar, menyentuh, berpikir, dengan setiap mengalami pengetahuan “tanpa diri”, seseorang dapat terbebas dari kemelekatan terhadap diri. Akan tetapi, ketika seseorang tidak mencatat dan mengetahui, kemelekatan terhadap diri akan muncul lagi. Seseorang akan sepenuhnya terbebas dari kemelekatan ini hanya ketika jalan mulia telah tercapai. Ia harus membasmi kemelekatan ini dengan pengetahuan pandangan terang vipassanā dengan mencatat dan mengetahui sampai jalan mulia muncul.

Siapakah yang tidak memiliki kemelekatan yang kuat terhadap sakkāyadiṭṭhi?

Karena mendengar ajaran Sang Buddha, bagi orang yang mampu memahami bahwa melihat, mendengar, dan sebagainya hanyalah merupakan fenomena batin dan jasmani yang muncul dan lenyap secara terus-menerus, maka kemelekatan terhadap "aku" dan diri tidaklah terlalu kuat. Kemelekatan ini berkurang sedikit. Kemelekatannya tidak terlalu ekstrem. Akan tetapi, bagi mereka yang belum pernah mendengar ajaran Sang Buddha dan tidak memiliki pemahaman, kemelekatan terhadap "aku" dan diri muncul dengan sangat kuat. Mereka berpikir bahwa suatu diri yang hidup atau "aku" benar-benar ada. Beberapa orang bahkan menganggap bahwa jiwa itu ada. Mereka berpikir pada saat kematian, jiwa pun meninggal, dan ketika terlahir kembali, jiwa akan memasuki tubuh bayi. Berpikir dengan cara ini adalah kemelekatan terhadap pandangan yang salah tentang diri, sakkāyadiṭṭhi.

Mengapa membasmi sakkāyadiṭṭhi merupakan hal yang paling penting?

Selama sakkāyadiṭṭhi ada, selama itu pula, setelah melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk, seseorang dapat terlahir kembali di empat alam tingkat rendah. Dapat dikatakan bahwa pintu-pintu ke alam-alam rendah masih terbuka. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk membasmi sakkāyadiṭṭhi. Jika seseorang dapat mencabut sakkāyadiṭṭhi dengan pengetahuan jalan sotapatti, maka ia tidak akan pernah jatuh lagi ke empat alam tingkat rendah. Ia juga tidak akan lagi melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk yang akan membimbingnya terlahir kembali di empat alam tingkat rendah.

Kamma buruk yang telah dilakukan sebelumnya juga, tidak dapat menyebabkan seseorang terlahir kembali di empat alam-alam rendah. Pintu-pintu menuju alam-alam rendah akan tertutup. Semua penderitaan yang akan dialami seseorang setelah terlahir kembali di alam-alam rendah juga akan padam. Ini belum semuanya. Bahkan kelahiran kembali yang baik di alam manusia dan alam dewa tidak akan terjadi lebih dari tujuh kali. Semua penderitaan berupa usia tua, penyakit, kematian, dan sebagainya, yang akan dialami di luar tujuh kali kehidupan (kelahiran) juga akan padam. Di dalam tujuh kali kehidupan (kelahiran) setelah merealisasikan jalan dan buah arahanta, seseorang akan merealisasi nibbāna yang memadamkan semua penderitaan.