5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Mengenai Rasa Sakit dan Rasa Tidak Nyaman

Mengenai Rasa Sakit dan Rasa Tidak Nyaman

Jika kita menghadapi rasa sakit atau sesuatu yang tidak menyenangkan, mengapa kita harus mencatat semuanya dengan kesabaran dan ketekunan?

Ada yogi yang tidak sanggup menahan rasa sakit. Begitu mereka merasa sakit, mereka melupakan perhatian penuh dan berusaha meredakan rasa sakit mereka, sehingga menghambat kemajuan dalam meditasi. Itulah sebabnya mengapa sangat penting untuk bertahan terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan selama retret meditasi.

"Discourse on Ariyäväsa Sutta" (4 th Ed., Page 112-115)

Mengamati rasa sakit untuk mengembangkan konsentrasi.

Jika kita tidak bertahan terhadap ketidaknyamanan dan objek-objek yang tidak menyenangkan kemudian mengubah posisi tubuh kita sering kali dan tanpa berperhatian penuh, maka kita akan menjadi terlalu gelisah untuk berkonsentrasi. Tanpa konsentrasi, kita tidak akan pernah bisa memperoleh pengetahuan pandangan terang. Itulah sebabnya jika kita menghadapi rasa sakit atau sesuatu yang tidak menyenangkan, kita harus mencatat semuanya dengan kesabaran dan ketekunan. Tentu saja, jika rasa sakit itu menjadi sangat tak tertahankan, kita boleh mengubah posisi tubuh kita tanpa melepaskan perhatian penuh. Dengan cara ini, kesabaran berperan sebagai penopang (bagi pengembangan perhatian penuh).

Illness Cured by Mindfulness

Kesabaran dalam menghadapi rasa sakit.

Jika seseorang sering kali mengubah posisi tubuhnya tanpa berusaha menanggung perasaan yang tidak menyenangkan, maka tidak akan ada ruang bagi konsentrasi dan pandangan terang untuk bisa tumbuh. Setiap yogi yang serius memahami hal ini. Itulah sebabnya jika muncul perasaan tidak menyenangkan, seseorang harus terus berlatih dengan kesabaran selama mungkin. Kesabaran seperti itu berarti "menahan diri dengan kesabaran" (khanti-samvara), tetapi bukan penyiksaan diri (atta-kilamathã- nuyoga), karena hal ini dapat menuntun pada pengembangan moralitas, konsentrasi, dan kebijaksanaan, dan ini bukanlah berarti menyiksa diri sendiri dengan sengaja, atau sekadar hanya menciptakan penderitaan. Sang Buddha akan lebih senang lagi jika seseorang terus berlatih tanpa mengubah posisi duduknya sampai ia mencapai arahatta-phala dalam satu kali duduk.

Di sisi lain, jika suatu latihan kondusif bagi perkembangan moralitas, konsentrasi, dan kebijaksanaan, maka latihan tersebut dianggap sebagai Jalan Mulia Berunsur Delapan yang dikenal sebagai "Jalan Tengah", tetapi itu bukanlah penyiksaan diri. Anda harus mengingat hal ini dengan baik.

"Discourse on Dhammacakka-pavattana Sutta" (1 st Ed., Page 99-107) Wrong Notion

Jika Anda mengubah posisi tubuh setiap kali Anda mengalami rasa sakit, apakah akan ada ruang bagi konsentrasi dan pandangan terang untuk bisa tumbuh?

Hanya karena menghadapi sensasi-sensasi yang tidak menyenangkan seperti itu, seseorang hendaknya tidak mengendurkan usahanya dalam berlatih meditasi dengan berkeluh kesah dan meratapinya, ia juga hendaknya tidak mengubah posisi tubuh tanpa berperhatian penuh. Yang saya maksudkan adalah seseorang harus tetap mengembangkan perhatian penuh dengan menahan sensasi-sensasi yang tidak menyenangkan.

Pada kenyataannya, jika Anda mengubah posisi tubuh setiap kali Anda mengalami rasa sakit, hanya akan ada sedikit atau bahkan tidak ada ruang bagi konsentrasi dan pandangan terang untuk bisa tumbuh. Dan ini juga berarti Anda tidak mengikuti instruksi Sang Buddha, "Menghadapi sensasi yang tidak menyenangkan, seseorang hendaknya tidak meratapinya." Sesungguhnya, seseorang tidak hanya akan mengalami lenyapnya rasa sakit tetapi juga perkembangan yang luar biasa dalam konsentrasi dan pandangan terang apabila ia tetap penuh perhatian dengan menahan rasa sakit dan tidak meratapi rasa sakit tersebut.

"Discourse on Tuvataka Sutta" (1st Ed., Page 83-88)

Apakah latihan yang menyakitkan berarti penyiksaan diri?

Tidak semua latihan yang menyakitkan berarti penyiksaan diri. Coba pikirkan betapa berat penderitaan yang akan dialami oleh seorang pemabuk atau pecandu narkoba ketika ia harus menghindari minuman keras dan narkoba untuk menjaga sila kelima. Tentu saja, dia akan sangat menderita, bukan? Akan tetapi, ia akan mengembangkan pahala moralitas yang besar, bukankah begitu? Apakah Sang Buddha akan menyalahkannya atas latihan yang sangat menyiksa itu? Sama sekali tidak. Tentu saja, Sang Buddha akan memuji tindakannya itu.

"Discourse on Hemavata Sutta" (3 rd Ed., Page 277-285)


"Jhäyathat Bhikkhave; mä pamädattha."
"Para bhikkhu, ingatlah senantiasa berperhatian penuh; jangan lengah."


Praktik apa pun akan dianggap sebagai penyiksaan diri (atta-kilamathã-nuyoga) apabila hanya menimbulkan penderitaan fisik dan tidak menyebabkan berkembangnya moralitas, konsentrasi, dan kebijaksanaan. Oleh karena itu, walaupun cukup merepotkan dan menyusahkan untuk melaksanakan lima sila, delapan sila, sepuluh sila, atau peraturan dan tata tertib biara, kita tidak dapat menganggapnya sebagai penyiksaan diri, melainkan sebagai Jalan Tengah karena hal tersebut melambangkan pengembangan Ucapan Benar, Perbuatan Benar, dan Mata Pencaharian Benar.
Demikian pula, walaupun cukup melelahkan untuk mengembangkan konsentrasi sesaat, konsentrasi akses, dan konsentrasi absorpsi, hal ini bukanlah penyiksaan diri (atta-kilamathā-nuyoga), tetapi Jalan Tengah karena hal ini melambangkan Faktor-faktor Jalan tertentu, yakni, Usaha Benar, Perhatian Benar, dan Konsentrasi Benar.
Sama halnya, walaupun cukup sulit untuk mengamati fenomena batin-jasmani secara terus-menerus untuk mencapai pandangan terang vipassanā dan pencerahan magga-phala, hal ini juga bukanlah penyiksaan diri (atta-kilamathā-nuyoga), tetapi Jalan Tengah karena hal ini mencirikan Pandangan Benar dan Pikiran Benar.

Defining Self-indulgence and Self-denial

Mengapa kesabaran dibutuhkan dalam meditasi?

Pada tahap awal latihan meditasi, sensasi-sensasi yang tidak menyenangkan ini mungkin cenderung meningkat dan menimbulkan keinginan untuk mengubah posisi tubuh. Keinginan tersebut harus dicatat, dan setelah itu yogi harus kembali mencatat sensasi kaku, panas, dsb.

Jika seseorang terlalu sering menggeser atau mengubah posisi tubuh karena tidak dapat bersabar menghadapi sensasi kaku atau panas, maka konsentrasi yang baik (samādhi) tidak dapat berkembang. Jika konsentrasi tidak dapat berkembang, maka pandangan terang tidak dapat tumbuh dan tidak akan ada pencapaian Magga (jalan yang menuju Nibbāna), Phala (buah dari jalan tersebut) dan Nibbāna. Itulah sebabnya mengapa kesabaran dibutuhkan dalam meditasi.

"A Talk in Honor of the Silver Jubilee of the Center" (1st Ed., Page 81-85)

Kapankah bahkan sensasi yang sangat tidak menyenangkan cenderung akan lenyap?

Seorang yogi hendaknya tidak langsung menghentikan meditasinya saat munculnya sensasi tidak menyenangkan seperti itu dan mengubah posisi tubuhnya. Ia harus melanjutkan dengan sabar, hanya mencatat sebagai 'kaku, kaku' atau 'panas, panas'. Sensasi-sensasi seperti itu yang tidak terlalu parah akan lenyap apabila yogi terus mencatatnya dengan sabar. Ketika konsentrasi telah berkembang dengan baik dan kokoh, bahkan sensasi-sensasi yang sangat menyakitkan pun cenderung akan lenyap. Kemudian, yogi kembali mencatat kembung dan kempisnya perut.

Kapankah yogi harus mengubah posisi tubuhnya?

Tentu saja, seorang yogi harus mengubah posisi tubuhnya jika sensasi-sensasi itu tidak kunjung lenyap walaupun ia telah mencatatnya dalam waktu yang lama, atau jika sensasi-sensasi tersebut menjadi tak tertahankan lagi. Yogi harus mulai mencatat 'ingin mengubah, ingin mengubah'.

Kapankah akan muncul tahap-tahap kematangan yang berurutan dan meningkat dalam kondisi pandangan terang yogi?

Tidak boleh ada jeda di antaranya, melainkan kesinambungan antara tindakan pencatatan sebelumnya dengan tindakan yang berikutnya, antara kondisi konsentrasi (samâdhï) sebelumnya dengan kondisi yang berikutnya, antara momen pandangan terang sebelumnya dengan momen pandangan terang berikutnya. Hanya dengan demikian, akan timbul tahapan-tahapan kematangan yang berurutan dan meningkat dalam kondisi pandangan terang yogi. Pengetahuan akan Jalan dan Buah (magga-phala-nāna) dapat dicapai hanya ketika ada momentum yang terhimpun seperti ini.

Seperti apakah proses meditasi itu?

Proses meditasi bagaikan proses menyalakan api dengan menggesekkan dua batang kayu dengan penuh tenaga dan tanpa henti untuk memperoleh tingkatan panas yang diperlukan (untuk memunculkan api).Dengan cara yang sama, pencatatan dalam meditasi vipassanā haruslah terus-menerus dan tanpa henti, tanpa jeda di antara tindakan-tindakan pencatatan akan fenomena apa pun yang muncul. Sebagai contoh, jika suatu sensasi gatal menyerang dan yogi ingin menggaruknya karena tidak tahan, baik sensasi tersebut maupun keinginan untuk menyingkirkannya harus dicatat, bukannya secara langsung menggaruk untuk menyingkirkan sensasi tersebut.
Jika yogi terus mencatatnya dengan gigih, maka rasa gatal itu biasanya akan lenyap.

Apa yang harus diperhatikan terlebih dahulu apabila Anda melakukan gerakan untuk melenyapkan sensasi gatal tersebut?

Pertama-tama, keinginan untuk melakukannya harus dicatat. Semua gerakan yang terlibat dalam proses menghilangkan sensasi tersebut harus diperhatikan.

"A Talk on How to Practice" (1977; Page 33-40)

Mengapa sensasi yang tidak menyenangkan tidak dapat disembunyikan oleh perubahan posisi tubuh?

Cobalah duduk tanpa bergerak; lihat berapa lama Anda bisa duduk sebelum rasa sakit mulai muncul. Mungkin hanya lima atau sepuluh menit sebelum Anda mulai merasa tidak nyaman. Setelah lima belas atau dua puluh menit, (rasa sakit mungkin menjadi sangat jelas sehingga) Anda tidak dapat lagi menahan keinginan untuk mengubah posisi. Jadi, orang-orang harus sering melakukan perubahan posisi tubuh seperti mengangkat kepala atau menundukkan kepala, menggerakkan tangan atau kaki, mengayunkan tubuh ke depan atau ke belakang, dan sebagainya. Dengan demikian, mereka melakukan begitu banyak perubahan berkali-kali dalam sehari. Namun, karena tidak adanya perhatian, mereka bahkan tidak menyadari bahwa mereka melakukan perubahan. Begitulah kondisi kebanyakan orang.

Sedangkan untuk para yogi vipassanā, mereka terus mengamati apa pun yang muncul pada tubuh mereka. Itulah sebabnya yogi menjadi sadar akan fenomena dalam sifat sejatinya semata-mata karena fenomena diamati terus-menerus sampai akhirnya fenomena tersebut terwujud. Meskipun ada sensasi yang tidak menyenangkan, yogi tetap mencatat objek dengan tekun. Yogi tidak mengubah posisi tubuh ketika mengalami ketidaknyamanan yang ringan. Dan jika keinginan untuk mengubah/bergerak muncul; yogi mencatat keinginan itu, dan kemudian kembali mencatat ketidaknyamanan itu sendiri. Yogi mengubah posisi hanya ketika rasa sakit menjadi tak tertahankan. Ketika mengubah posisi, yogi melakukannya dengan penuh kesadaran dengan mencatat setiap fenomena yang terlibat mulai dari keinginan untuk mengubah. Itulah sebabnya sensasi tidak dapat disembunyikan oleh perubahan posisi tubuh.

Kadang-kadang Anda mungkin mendapati seluruh tubuh terasa seperti onggokan rasa sakit karena Anda merasakan sensasi yang tidak menyenangkan di mana-mana di seluruh tubuh, rasa sakit di bagian ini, rasa kebas atau gatal di bagian itu, dan seterusnya. Demikianlah penderitaan terlihat dalam sifat aslinya ketika mereka tidak disembunyikan oleh perubahan posisi tubuh.

Apakah Anda seharusnya mengubah posisi tubuh tanpa berkesadaran?

Sensasi yang tidak menyenangkan bisa hilang secara spontan ketika diamati. Jika sensasi tersebut menjadi tak tertahankan (dan mengharuskan Anda untuk mengubah posisi tubuh Anda), pertama-tama Anda harus mencatat keinginan untuk mengubah dan semua tindakan selanjutnya yang terlibat dalam proses mengubah itu. Anda tidak boleh melakukan perubahan apa pun tanpa berperhatian penuh.

"A Talk on the Contemplation of Feeling" (1977; Page 80-87)
Pains will be manifested