5Wbqwau2kOV5juVOA2hBfHMJlvj5fbu4dzeTiTvH
Bookmark

Seberapa Pentingnya Berlatih (1A)

Pentingnya Berlatih 1a

Seberapa Pentingnya Berlatih Meditasi Satipaṭṭhāna Vipassanā? (1A)


Hari ini, tanggal 20 Desember 2020, saya ingin berbagi Satti Sutta dari Samyutta Nikaya, Nidanavagga Pāli dan menjelaskan pentingnya mempraktikkan meditasi Satipaṭṭhāna Vipassanā, dengan mengacu pada tulisan YM. Mahāsi Sayadaw.

Pada kesempatan ini, saya juga ingin menyampaikan tiga hal penting dari YM. Mahasi Sayadaw yang saya rasa akan memberikan manfaat bagi latihan Anda:

1. Tidak seorang pun dapat mengetahui dengan pasti apakah besok mereka akan meninggal. Oleh karena itu, tanpa menunda sampai besok atau hari berikutnya, kita hendaknya berlatih meditasi Vipassanā hari ini, pada hari ini juga.

2. Yang terpenting adalah penuh perhatian terhadap segala fenomena apa pun yang muncul.

3. Hendaknya tidak ada jeda atau interval dalam perhatian penuh. Perhatian penuh harus dipelihara terus-menerus.

Perumpamaan seperti apakah yang digunakan oleh Sang Buddha di dalam Satti Sutta untuk menyemangati para bhikkhu agar segera menyingkirkan sakkāyadiṭṭhi?

Sattiyā viya omaṭṭho, ḍayhamānova matthake.
Sakkāyadiṭṭhippahānāya, sato bhikkhu paribbaje

Yang berarti:

"Seperti halnya seseorang yang dadanya tertusuk tombak akan segera mencabut tombak itu dan mengobati lukanya, seperti halnya seseorang yang kepalanya terbakar akan dengan segera memadamkannya, seorang bhikkhu atau orang yang melihat bahaya dari lingkaran tumimbal lahir (samsārā) dan ingin berlatih agar terbebas darinya, dengan penuh perhatian, seharusnya dengan segera berjuang untuk melenyapkan pandangan salah tentang diri (sakkāyadiṭṭhi).


Seberapa pentingnya terbebas dari sakkāyadiṭṭhi?

Bagaimanapun juga, jika seseorang terbebas dari sakkāyadiṭṭhi, maka ia tidak akan terlahir kembali di empat alam tingkat rendah. Jika seseorang terlahir kembali di alam manusia atau alam dewa, maka tidak akan lebih dari tujuh kali. Paling banyak hanya tujuh kali kehidupan. Pada kelahiran ketujuh, ia akan mencapai tataran arahanta dan memasuki parinibbāna. Jika seseorang terlahir kembali di alam Brahmā, maka ia akan mencapai tataran arahanta dan memasuki parinibbāna di sana. 

Oleh karena itu, hal yang paling penting adalah mencabut sakkāyadiṭṭhi dengan merealisasi jalan mulia (ariyamagga). Karena ini adalah hal yang paling penting, Sang Buddha mengajarkan bahwa: "Penuh perhatian, seseorang hendaknya segera membasmi sakkāyadiṭṭhi dengan jalan mulia."


Apa yang dimaksud dengan sakkāyadiṭṭhi?

Pandangan salah atau percaya bahwa kelompok batin dan jasmani yang jelas-jelas ada sebagai diri atau "Aku" disebut sakkāyadiṭṭhi. Kata Pāli sakkāyadiṭṭhi adalah gabungan dari tiga komponen: sa, kāya, dan diṭṭhi.
"Sa" berarti jelas ada; "kāya" berarti kelompok atau kumpulan; dan "diṭṭhi" berarti pandangan salah atau keyakinan salah. "Sa" dan "kāya" jika digabungkan akan membentuk kata "sakkāya", yang berarti suatu kelompok atau kumpulan fenomena batin dan jasmani yang jelas-jelas ada. Pandangan salah bahwa fenomena batin dan jasmani yang jelas-jelas ada ini merupakan diri, "Aku", atau suatu makhluk disebut sakkāyadiṭṭhi.

Bagaimana sakkāyadiṭṭhi muncul ketika melihat?

Apa yang terlihat jelas pada saat melihat? Seseorang melihat karena ada mata. Jika tidak ada mata, bisakah seseorang melihat? Tidak, tidak bisa. Oleh karena itu, pada saat melihat, mata fisik jelas ada. Kemudian, seseorang melihat karena ada objek yang terlihat. Dapatkah seseorang melihat jika tidak ada objek? Tidak, tidak bisa. Oleh karena itu, objek yang terlihat juga ada. Tidak ada yang perlu secara khusus menyinggung bahwa kesadaran melihat juga ada. Oleh karena itu, pada saat melihat, ada mata fisik, objek yang terlihat, dan kesadaran melihat. Ketiganya jelas-jelas ada. Di antara ketiganya, mata dan objek yang terlihat merupakan fenomena fisik, rūpa. Mereka tidak bisa mengetahui apa pun dengan sendirinya. Ketika mereka menghadapi kondisi-kondisi yang bertentangan, mereka bisa berubah dalam berbagai cara.

Oleh karena itu, pada saat melihat, mata dan objek yang dilihat disebut rūpa, dan kesadaran melihat disebut nāma, fenomena batin dan jasmani ini jelas-jelas ada. Orang biasa akan menganggap semua ini sebagai diri yang hidup atau "aku". Pandangan salah terhadap kelompok-kelompok batin dan jasmani ini sebagai diri atau "aku" disebut sakkāyadiṭṭhi.